He Never Give Up on His People

Roma 11:1-36

Sekalipun kebanyakan orang Yahudi menolak Injil, tetapi Paulus meyakini bahwa Tuhan tidak menolak umat-Nya ini. Tuhan tetap setia kepada perjanjian-Nya dan Tuhan akan menggenapi rencana keselamatan-Nya bagi orang Yahudi. Paulus menjelaskan alasan/argumen mengapa ia yakin Tuhan tidak menolak umat-Nya. Dan semua argumen itu menunjukkan betapa besar kemurahan Allah kepada umat-Nya, dan betapa dahsyat pemikiran dan jalan-jalan Allah dalam rencana kesalamatan sebagai pernyataan kemurahan-Nya.

Pertama. Tuhan tidak menolak umat-Nya karena ada di antara mereka yang percaya kepada berita Injil–Paulus sendiri adalah salah satunya: ia orang Yahudi asli dari Benyamin. Dengan memakai kisah nabi Elia, Paulus menyatakan bahwa Tuhan akan menyisakan sebagian orang Yahudi untuk diselamatkan; dan Allah sendiri, di dalam kasih karunia-Nya, memilih siapa yang disisakan itu (ayat 1-6). Bagi sebagian yang lain, Tuhan membiarkan mereka di dalam kekerasan hati mereka untuk tetap tidak percaya (ayat 7-10).

Kedua. Ketidakpercayaan orang Yahudi, secara langsung atau tidak langsung, telah menyebabkan berita keselamatan itu disampaikan kepada bangsa-bangsa lain. Tujuannya bukan untuk meninggalkan orang Yahudi, tetapi untuk membangkitkan rasa “cemburu” ketika melihat bangsa-bangsa yang bukan bangsa pilihan Allah justru menerima keselamatan dari Allah; dan rasa cemburu itu menimbulkan keinginan sehingga mendorong mereka untuk datang dan percaya kepada berita Injil (ayat 11-15).

Ketiga. Paulus menekankan bahwa keselamatan itu tetap dimulai dari bangsa Israel. Leluhur Israel diumpamakan sebagai “adonan sulung” dan “akar zaitun” yang kudus (ayat 16). Keselamatan di antara bangsa-bangsa lain tidak bisa lepas dari iman para leluhur umat Tuhan. Jalur keselamatan Allah tetap melalui umat pilihan-Nya. Ada keturunan Israel yang memilih untuk tidak beriman–digambarkan sebagai cabang-cabang asli yang patah. Di sisi lain, Allah memanggil bangsa-bangsa bukan Yahudi (diumpamakan sebagai tunas liar) untuk dicangkokkan kepada akar yang kudus itu, sehingga menerima keselamatan karena iman–bukan karena bangsa-bangsa itu dianggap lebih layak daripada umat Tuhan (ayat 16-22).

Paulus meyakini bahwa Tuhan akan mencangkokkan lagi cabang-cabang yang patah tadi kepada pokok keselamatan, sebab Allah berkuasa untuk mencakkokkan mereka kembali. Karena, kalau Allah mengambil tunas yang liar, yang bertentangan dengan pilihan-Nya; terlebih lagi cabang-cabang yang asli itu: Allah akan mencangkokkan orang Yahudi kepada pokok keselamatan yang merupakan asal usul mereka (ayat 23-24).

Keempat. Rahasia Illahi mengenai keselamatan orang Yahudi: sebagian dari mereka akan tetap tidak percaya sampai “kuota” bangsa-bangsa lain yang percaya itu terpenuhi. Kemudian, orang Yahudi akan diselamatkan oleh Allah sesuai dengan nubuat para nabi: “Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.” (Yes 50:20-21; 27:9). Sekalipun saat ini orang Yahudi masih menolak Injil, tetapi Allah akan memulihkan umat-Nya (ayat 25-27)–supaya nyata demonstrasi kemurahan Allah bagi semua manusia: baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi (ayat 29-32).

Paulus menaikkan doksologi (nyanyian pujian kepada Allah) di akhir penjelasannya. Paulus memuji betapa dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah. Pikiran, rencana, dan cara kerja Allah itu tidak bisa diselami dan diselidiki oleh manusia secara tuntas. Tidak ada satupun yang layak dan dapat memberi usul atau masukan apapun kepada pikiran, rencana, dan cara kerja Allah yang begitu tinggi dan sempurna. “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (ayat 33-36).

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Roma. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *