Anatomi kejatuhan

Bahan bacaan: Lukas 22:54-62.

Kejatuhan seseorang bukan sebuah peristiwa yang tiba-tiba. Ada proses dan tahap-tahap yang dilalui, sampai akhirnya garis pemisah ketaatan dan kegagalan itu dilanggar. Simon, si Batu Karang, malam itu tak nampak teguh dan kuat, namun rapuh dan lemah. Sekalipun sebenarnya sudah ada early warning dari Tuhan, namun begitu, ia jatuh juga. Tahap-tahap apa yang dilalui Simon Petrus sebelum ia terperosok di dalam titik terendah perjalanan imannya?

Pertama, ia terlalu yakin akan kekuatannya sendiri. Ia mengira, bahwa komitmen dan keteguhannya untuk mengikut Yesus itu sangat kuat dan takkan bisa tergoyahkan oleh ancaman penjara, bahkan kematian sekalipun. “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” klaim Simon beberapa jam sebelumnya (ayat 33).

Kedua, saat seharusnya ia berjaga dan berdoa agar tak jatuh di dalam pencobaan, ia dan murid-murid yang lain justru terlena di dalam tidur. Padahal, sudah diperingatkan oleh Tuhan: roh itu penurut, namun daging itu lemah. Yet Simon thought that his flesh is strong enough, therefore he did not fight to pray (ayat 45-46)

Ketiga, ia berani bermain api. Duduk di pelataran, diterangi api unggun, di antara orang-orang yang menangkap Tuhan Yesus. Mazmur 1:1 memperingatkan agar jangan duduk di antara orang fasik. Mengapa ia ada di sana? Curiosity? Merasa aman? Yakin bahwa takkan terjadi apa-apa?

Keempat, ia terlambat mengingat peringatan Tuhan Yesus kepadanya. Baru setelah ayam jantan itu berkokok, Simon teringat perkataan Tuhannya akan bahaya yang sedang mengancam imannya (ayat 60-61). But it was to late.

Dari tahap-tahap kegagalan Simon, nampaklah bahwa sebab utamanya adalah: merasa kuat. Ia merasa kuat sehingga berani menjamin akan selalu taat. Ia merasa kuat, sehingga tidak berjuang untuk bergantung/berlindung pada Tuhan dalam doa. Ia merasa kuat, sehingga berani mendekat ke sarang musuh dan duduk di sana. Ia merasa kuat, sehingga melupakan/mengabaikan peringatan dari firman Tuhan.

Don’t be so naive and self-confident. You’re not exempt. You could fall flat on your face as easily as anyone else. Forget about self-confidence; it’s useless. Cultivate God-confidence (1 Korintus 10:12 – The Message).

Views: 7

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *