Bahan Bacaan: Lukas 22:14-38
Satu event, satu lokasi, satu perkumpulan–namun beragam isi hati. Di tengah-tengah suasana makan Paskah, ada empat macam sikap hati. Tiga sifat manusiawi, dan satu sifat Illahi. Tiga sifat manusiawi diwakili oleh Yudas, para murid, dan Petrus. Satu sifat Illahi dinampakkan oleh Tuhan Yesus.
Yudas menggambarkan sifat manusia yang berusaha untuk memperoleh keuntungan (dalam hal ini: material), dan siap menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Yudas mengkhianati Guru-Nya, untuk memperoleh kepingan-kepingan perak dari para pemuka agama Yahudi. Mungkin bukan hanya semata-mata uang yang mendorong tindakannya, namun yang jelas ada keuntungan finansial yang diperolehnya.
Para murid mencerminkan sifat ambisi yang mementingkan diri sendiri, ketika mereka mempersoalkan siapa yang paling besar (hebat) di antara mereka. Tiap orang ingin dianggap paling berprestasi, paling besar, paling unggul–yang pada ujungnya ingin menguasai, mendominasi, dikagumi dan diistimewakan oleh orang lain.
Petrus memperlihatkan naluri untuk menyelamatkan diri sendiri, yang pada akhirnya muncul dalam tindakan tidak mengakui Tuhan Yesus kepada orang-orang yang menuduhnya. Ia yang sebelumnya begitu gagah mengatakan kesiapan untuk masuk penjara bahwa mati demi Tuhannya, beberapa jam kemudian dalam ketakutan mati-matian menyangkal Tuhannya, demi menyelamatkan nyawanya sendiri.
Tuhan Yesus malam itu menunjukkan sifat Illahi, sifat-sifat Allah: bukannya mencari keuntungan, namun mengorbankan diri sendiri; bukannya menguasai dan memerintah, namun menjadi hamba yang melayani; bukan menyelamatkan diri, namun menyerahkan diri dalam ketaatan sampai mati.
Sifat apa yang paling kuat mewarnai hidup saya? Mencari keuntungan? Mengejar kekuasaan? Self-preservation? Adakah sifat-sifat Illahi itu sedang dan mulai dibangun di dalam hati saya?
Views: 7