Merayakan Kemurahan Tuhan

Imamat 23

Perayaan yang ditetapkan oleh Tuhan merupakan waktu di mana umat Tuhan berhenti dari aktivitas rutin mereka untuk beribadah kepada Tuhan, untuk mengingat pekerjaan Tuhan, untuk bersukacita dan merayakan kemurahan Tuhan atas hidup mereka. Tuhan mengharuskan umat-Nya untuk merayakan–ini menjadi disiplin yang harus ditaati!

Hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan sebagai waktu pertemuan kudus (holy public meeting):
1. Sabat (Hari Ke-7): waktu perhentian total yang rutin setiap minggu.
2. Perayaan Paskah (Bulan 1 hari 14)–Digenapi dengan kematian Yesus Kristus di atas kayu salib
3. Perayaan Roti Tak Beragi (Bulan 1 hari 15) selama 7 hari; di dalamnya ada Perayaan Buah Sulung (persembahan sulung hasil panen gandum)
4. Perayaan Pentakosta (50 hari setelah Perayaan Buah Sulung)–perayaan awal musim panen–digenapi dengan turunnya Roh Kudus dan “panen pertama” orang percaya 3.000 orang dibabtis di Yerusalem.
5. Perayaan Terompet (Bulan 7 hari 1)–Tahun Baru bagi umat Israel–digenapi nanti pada kedatangan Kristus yang kedua, di mana terompet akan dibunyikan dan segala sesuatu berakhir di bumi ini.
6. Hari Raya Pendamaian (Bulan 7 hari 10)–Imam Besar masuk ke ruang Maha Kudus setahun sekali untuk mengadakan pendamaian secara umum.
7. Hari Raya Pondok Daun (Bulan 7 hari 15) selama 7 hari–umat Tuhan tinggal dalam pondok-pondok daun selama 7 hari–digenapi nanti ketika umat Tuhan tinggal bersama Tuhan di dalam kemuliaanNya yang kekal.

Ada hari Sabat yang secara rutin harus dilakukan–setiap 7 hari. Ada hari-hari raya yang harus peringati setahun sekali (jaraknya 6 bulan: awal musim semi dan di musim gugur, di awal dan di akhir musim panen). Terlepas dari kebenaran bahwa perayaan-perayaan itu merupakan cermin atas karya Kristus, Tuhan memandang baik bagi umat-Nya untuk memiliki waktu khusus bersama Tuhan secara teratur.

Saya harus memiliki waktu-waktu teratur untuk berhenti dari aktivitas, dan beribadah kepada Tuhan. Mengingat kasih, kemurahan, dan pekerjaan Tuhan yang sudah dilakukannya atas hidup saya. Saya ingin secara serius dan sungguh-sungguh menggunakan waktu “sabat” setiap hari Minggu–menyediakan waktu lebih lama daripada waktu persekutuan pribadi rutin harian saya, untuk menyembah Tuhan, untuk merenungkan firman Tuhan, untuk mendengarkan Tuhan, dan untuk berdoa.

Views: 7

This entry was posted in Imamat, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *