Imamat Yang Kudus

Imamat 21

Kekudusan para imam. Perintah untuk menjaga kekudusan: imam tidak boleh najis karena kematian/mayat, kecuali untuk keluarga terdekat: ibu, ayah, anak laki-laki, anak perempuan, saudara laki-laki, dan saudara perempuan yang masih gadis. (ayat 4) Perintah untuk tidak mencukur/membotaki rambut, mencukur sudut jenggot dan membuat sayatan/luka pada daging tubuh mereka (ayat 5-6) Perintah untuk kudus dalam memilih istri: tidak boleh mengambil pelacur atau perempuan yang diceraikan oleh suaminya. Anak perempuannya tidak boleh menjadi pelacur. (ayat 7-9)

Kekudusan Imam Besar
Tidak boleh najis karena mayat–sekalipun itu mayat keluarga terdekat (ayat 11-12)
Harus mengambil istri perempuan dari bangsanya yang masih perawan (13-15)
Keturunannya yang cacat tidak boleh melakukan pelayanan korban bakaran, tidak boleh mendekat ke tempat maha kudus dan ke altar.

Tuhan menghendaki kekudusan/kemurnian yang mutlak–Tuhan menolak semua bentuk yang akan menodai kekudusan hadirat-Nya. Tetapi, orang percaya dipanggil sebagai imamat rajani, orang percaya bertindak sebagai imam di hadapan Tuhan–bagaimana bisa, sementara orang percaya masih hidup dalam ketidaksempurnaan?

Orang cenderung memandang gampang/mudah posisi sebagai imam Tuhan. Mereka hanya melihat pada posisi, kehormatan, dan mungkin pekerjaannya–tetapi tidak melihat pada tuntutan kekudusan hidup yang ditetapkan oleh Tuhan bagi para imam. Akibatnya, sekalipun memiliki posisi/jabatan sebagai imam, hidupnya sembarangan–tidak merasa harus menjaga kekudusan dengan standar yang tinggi.

Kamu adalah imamat rajani: anggota kerajaan yang isinya adalah para imam (1 Petrus 2:5,9; Wahyu 1:6;5:10;. Orang percaya adalah imam-imam Allah. Benar bahwa keimamannya di dalam Kristus–tetapi berarti pula orang percaya harus memiliki kehidupan sebagai seorang imam Allah: menjaga kekudusan dalam segala aspek kehidupannya. Tuhan merancang bangsa Israel sebagai “kerajaan imam”, tetapi mereka gagal, karena tidak menjaga kekudusan, justru hidup sebagaimana bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.

Bangsa Israel —> para imam —> Imam Besar
Umat Tuhan sekaligus imam —> Tuhan Yesus Kristus sebagai Imam besar

Saat ini, saya tidak hidup sebagaimana seharusnya seorang imam hidup. Saya tidak mengerjakan tanggung jawab keimaman saya (beribadah, bersyafaat, memberitakan firman, melayani orang lain); saya tidak menjaga kekudusan hidup sebagai imam (masih melakukan dosa dan berbagai kecemaran), saya tidak menjaga pola hidup keseharian sebagai imam (makan, minum, penampilan, kebiasaan).

Kalau sampai terjadi kejatuhan dan ketidaksempurnaan, mintalah pengampunan dan penyempurnaan di dalam Kristus–karena tidak mungkin untuk dapat memenuhi tuntutan kekudusan Tuhan–tetapi bukan berarti kemudian hidup secara sembarangan, mentang-mentang ada jaminan karya Kristus yang mengmpuni dan menyempurnakan.

 

Views: 7

This entry was posted in Imamat, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *