Sukacita Orang Yang Ditahirkan

Imamat 14:1-57

Ritual pentahiran bagi orang yang sudah sembuh dari sakit kusta. Ada ritual pentahiran, dilanjutkan dengan ritual pendamaian–kalau-kalau sakit kusta itu disebabkan oleh dosa yang tidak disadari oleh sang penderita. Baru setelah semua ritual dilakukan, maka orang itu dinyatakna tahir dan dapat kembali tinggal bersama umat Tuhan dalam perkemahan.

Kusta (mildew) dapat mengenai rumah seseorang. Ketika dikonfirmasi bahwa emang ada tanda kusta pada sebuah rumah, batu-batu yang kena kusta harus diambil dan dibuang ke luar kota, lalu diganti dengan batu yang baru. Tetapi kalau ternyata kustanya ganas, seluruh rumah itu harus dirobohkan dan dibuang ke luar kota. Ketika sebuah rumah dinyatakan sudah bebas dari kusta, maka harus dilakukan ritual untuk pentahiran rumah itu, supaya rumah itu dapat kembali ditinggali oleh umat Tuhan.

Betapa bersukacita orang yang ditahirkan dari kusta. Ia yang semula harus dikucilkan, dikeluarkan dari semua relasi–baik dengan Tuhan maupun dengan orang lain. Sendirian, kesakitan, dan tidak ada harapan untuk kembali dipulihkan. Apa yang bisa dilakukan? Ia tidak bisa dan tidak boleh melakukan apa-apa karena kenajisananya. Tidak ada obat atau pengobatan yang bisa diusahakan. Ia hanya bisa menjalani hidupnya yang tanpa harapan itu–menunggu waktu kematiannya.

Dalam Lukas 5 dan 17, dicatat pertemuan Tuhan Yesus dengan penderita kusta. Ada satu orang penuh kusta datang dan bersujud, meminta Tuhan mentahirkannya. Tuhan Yesus menjamahnya dan menjadi sembuh. Kemudian ada 10 orang kusta memohon belas kasihan-Nya. Tuhan Yesus memandang mereka dan menyuruh mereka memeriksakan diri kepada para imam–dalam perjalanan, mereka menjadi tahir.

Ada yang bisa dilakukan: datang kepada Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya agar Ia berkenan untuk menyembuhkan penyakit kusta itu.

Views: 7

This entry was posted in Imamat, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *