Imamat 1:1-17
Tentang Korban Bakaran (Burnt Offering). Persembahan kepada TUHAN harus dari hewan ternak dengan ketentuan: seekor jantan yang tak bercela. Tetapi TUHAN juga menerima korban bakaran berupa burung tekukur atau anak burung merpati. Persembahan kepada TUHAN berasal dari apa yang dimiliki, sesuai kemampuan–bukan dari apa yang tidak dimiliki. Yang penting: tidak bercela.
Orang yang akan mempersembahkan, harus membawa korban dibawa ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan. Orang itu meletakkan tangan di atas kepala korban–agar korban itu dapat dipakai untuk mengadakan pendamaian mewakili dirinya.
Orang itu harus menyembelih korban di hadapan TUHAN, lalu anak-anak Harun harus mempersembahkan darah korban itu dan memercikkannya di sekitar altar. Korban harus dikuliti dan dipotong-potong. Anak-anak Harun menyalakan api altar dan mengatur kayu di api itu, lau mengatur potongan-potongan korban di atas altar. Isi perut dan kaki korban itu harus dicuci dulu dengan air, lalu diletakkan di atas altar. Semua harus dibakar sampai habis. Ini adalah korban bakaran yang aromanya menyenangkan bagi TUHAN.
Apabila korban bakaran berupa kambing/domba, tidak dikuliti. Tetapi isi perut dan kaki harus dicuci dengan air. Korban berupa burung dara diambil tembolok dan bulunya untuk dibuang, dan burung itu harus dicabik pada pangkal sayapnya tapi tidak sampai terpisah.
Korban bakaran: (1) seluruhnya untuk TUHAN–tidak ada yang dberikan untuk menjadi bagian para imam; (2) hewan jantan yang tak bercacat; (3) darah korban harus ditumpahkan/dipercikkan di sekitar altar; (4) tubuh korban harus dipotong; (5) tidak boleh ada kotoran. Tujuannya: memperoleh perkenan TUHAN, memperoleh jawaban dari TUHAN. “The burnt offering serves as a means to approach the Lord with a plea.” (IVPBBC); “the basic sacrifice that expressed devotion and dedication to the Lord.” (Wiersbe).
Views: 9