Siapa Yang Bisa Percaya?

Yohanes 10:22-42

Hari Raya Pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Yeus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Orang-orang Yahudi menuntut agar Yesus secara terang-terangan dan eksplisit mengatakan bahwa Ia adalah Mesias. Yesus tidak melayani tuntutan mereka. Ia mengatakan bahwa melalui pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya, seharusnya mereka sudah bisa mengerti. Tetapi, orang-orang Yahudi tetap tidak mengerti dan percaya.

Yesus menjelaskan penyebab ketidakpercayaan mereka: mereka tidak termasuk domba-domba-Nya. Sebab, kalau mereka adalah domba-domba-Nya, mereka akan mendengarkan suara-Nya dan Yesus mengenal mereka, dan mereka mengikut Yesus. Penjelasan Yesus menyiratkan prinsip pemilihan Illahi: ada orang yang tidak termasuk domba-Nya, sehingga orang itu tidak bisa mengerti dan percaya kepada-Nya.

Ini pengajaran yang sulit: kaitan pemilhan Illahi dan keputusan manusia untuk percaya. Warren Wiersbe menulis: “From the human standpoint, we become His sheep by believing; but from the divine standpoint, we believe because we are His sheep. There is a mystery here that we cannot fathom or explain, but we can accept it and rejoice.” (Dari sudut pandang manusia, kita menjadi domba-Nya dengan percaya kepada-Nya; dari sudut pandang Illahi, kita percaya karena kita adalah domba-Nya. Ini misteri yang tidak bisa kita pahami dan jelaskan, tetapi bisa kita terima dan bersukacita karenanya).

Orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Ketika Yesus bertanya mengapa mereka mau melempari Dia, dijawab bahwa mereka akan melempari Yesus bukan karena pekerjaan baik yang dilakukan-Nya, tetapi karena Yesus dianggap menghujat Allah dengan berkata bahwa Ia adalah Anak Allah. Di bagian awal, mereka menuntut Yesus untuk berkata terus-terang, dan sekarang, setelah Yesus menyatakan dengan eksplisit Siapa Diri-Nya, mereka mau membunuh-Nya.

Motivasi orang-orang Yahudi untuk berdebat dengan Yesus adalah: menjatuhkan, mencari celah dan alasan yang kuat untuk membunuh-Nya. Bukan karena tulus ingin mencari kebenaran atau mencari Tuhan, tetapi karena benci, sehingga berusaha mencari kesalahan untuk menjatuhkan dan membinasakan Yesus.

Orang-orang Yahudi berusaha menangkap Yesus, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Sejak itu, Yesus menyingkir dari Yerusalem. Ia pergi dan tinggal ke seberang Yordan, lokasi Yohanes Pembaptis melakukan pelayanan. Banyak orang datang kepada-Nya dan menjadi percaya. Sekalipun Yohanes tidak melakukan mujizat, benih kesaksian yang ditaburkannya menghasilkan banyak tuaian.

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Yohanes. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *