Pintu Dan Gembala

Yohanes 10:1-21

Yesus mengumpamakan Diri-Nya sebagai pintu kepada domba-domba dan sebagai gembala yang baik. Sebagai pintu, Yesus adalah jalan keselamatan–hanya melalui Dia seseorang memperoleh kehidupan. Sebagai pintu, Yesus adalah jalan “keluar-masuk” seseorang menjalani kehidupan yang berkelimpahan (ayat 9). Sebagai gembala, Yesus memberikan nyawa-Nya supaya orang yang percaya mempunyai hidup dan memimpin orang percaya untuk mempunyai hidup itu dalam segala kelimpahan (ayat 10).

Kehidupan yang ditawarkan oleh Yesus tidak dimulai dengan tuntutan untuk mentaati hukum-hukum, tetapi dimulai dengan Yesus–Gembala yang Baik–menyerahkan nyawa-Nya bagi manusia (ayat 11). Dengan pengorbanan-Nya, Yesus menjadi pintu/jalan satu-satunya untuk memperoleh kehidupan di dalam Tuhan. Karya keselamatan Yesus berlaku untuk semua orang–Yahudi maupun bukan Yahudi (ayat 16).

Setelah seseorang memiliki keselamatan (kehidupan), ia tidak bisa menjalani hidup itu dengan caranya sendiri–kalau ia ingin mengalami hidup di dalam segala kelimpahan. Tuhan tidak hanya menginginkan seseorang selamat–bebas dari dosa dan penghukuman; tetapi Tuhan ingin agar seumur hidup orang itu di dumi ini, ia memiliki hidup yang berkelimpahan melalui dan di dalam Yesus.

Keinginan Tuhan adalah: agar saya memiliki hidup dan memiliki hidup itu di dalam segala kelimpahan. Supaya saya bisa memilikinya, Tuhan telah memberikan Anak-Nya untuk menyerahkan nyawa-Nya, menjadi Penebus yang membebaskan saya dari dosa dan kematian. Setelah saya mendapat keselamatan, saya hanya dapat hidup dalam kelimpahan melalui Yesus. Saya tidak bisa memperoleh hidup berkelimpahan itu di luar Dia.

Yesus adalah Pintu Kehidupan–melalui karya keselamatan-Nya di kayu salib, saya memperoleh kehidupan. Pekerjaan itu sudah selesai–seperti sebuah pintu yang statis; karya keselamatan Kristus sudah selesai saya alami–ketika saya melangkah melalui pintu itu, bertobat dan menerima Yesus menjadi Juru Selamat saya.
Yesus adalah Gembala Kehidupan–bukan sesuatu yang statis dan sudah selesai, tetapi relasi yang sedang terus-menerus terjadi: mendengarkan suara-Nya, mengikuti Dia mempimpin berjalan–itu yang sekarang seharusnya saya terus alami, setiap hari, sepanjang hidup saya.

Views: 8

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Yohanes. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *