Bukan Diktator yang Bengis, Tetapi Bapa yang Mengasihi

Bilangan 32:1-42

Suku Ruben dan Gad memohon diijinkan menempati daerah Gilead, di sebelah timur sungai Yordan. Permintaan suku Ruben dan Gad itu masuk akal: mereka melihat bahwa daerah Gilead sangat cocok untuk beternak, karena kedua suku ini memiliki ternak yang sangat banyak. Pertimbangan praktis sesuai akal sehat.

Mula-mula Musa marah kepada mereka, karena: (1) tidak adil kalau mereka tinggal di situ, sementara saudara sebangsa mereka harus maju berperang; (2) Musa kuatir bahwa permintaan mereka menyebabkan semua suku yang lain menjadi lemah hatinya dan mengurungkan niat untuk menyebrang Yordan dan merebut Kanaan–seperti yang terjadi 40 tahun sebelumnya.

Namun, ketika Musa mendengar penjelasan ketiga suku itu, dan mendengar komitmen mereka untuk tetap ikut berperang sampai seluruh suku yang lain mendapatkan warisan tanahnya amsing-masing, Musa tidak lagi marah. Musa memberikan permintaan mereka, mengingat perjanjian dengan mereka: (1) mereka harus maju berperang bersama suku yang lain; (2) sekalipun maju berperang ke seberang Yordan, bagian tanah mereka tetap daerah Gilead, dan tidak menuntur bagian tanah di seberang Yordan.

Musa memberitahukan perjanjian ini kepada Eleazar sebagai Imam Besar dan kepada Yosua sebagai pemimpin yang akan menggantikan Musa–karena Musa tahu bahwa dia tidak akan menyeberangi Yordan bersama Israel. Karena itu, ia menyerahkan perjanjian tiga suku itu dengan Israel kepada pemimpin yang nanti akan masuk ke Kanaan. Musa memastikan bahwa calon penggantinya tahu dengan jelas isi perjanjian itu.

Tuhan mendengarkan permohonan umat-Nya. Ada kalanya perintah atau kehendak Tuhan tidak bisa ditawar, harus dikerjakan tepat seperti yang dikehendaki Tuhan. Namun, ada waktunya juga bahwa teknis pelaksanaan kehendak Tuhan itu juga melibatkan pemikiran dan keinginan umat-Nya. Selama prinsip/kehendak Tuhan yang utama tidak dilanggar, Tuhan mengakomodasi keinginan, gagasan, dan kebutuhan umat-Nya.

Saya harus membangun cara pandang yang benar tentang Tuhan. Tuhan bukan ditaktor yang bengis yang menindas umat-Nya. Tuhan adalah Bapa yang Baik, Bapa yang sayang kepada anak-anak-Nya. Saya tidak boleh takut untuk datang menghadap Tuhan dengan permintaan dan keinginan saya. Saya boleh berharap bahwa Tuhan akan mengijinkan saya melakukan apa yang ada dalam hati dan pikiran saya–selama tidak melanggar perintah-Nya.
Jangan curiga dulu kepada Tuhan, tetapi datanglah membawa isi hati danpikiran dan rencanamu. Ingat, Tuhan adalah Bapa bagi umat-Nya. Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya.

Views: 9

This entry was posted in Bilangan, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *