Akses ke Tempat Mahakudus

Bilangan 1:1-54

Satu tahun satu bulan sejak keluar dari Mesir. Setahun lamanya bangsa Israel berkemah di Sinai untuk menerima hukum-hukum Tuhan, hukum-hukum yang merupakan ikatan perjanjian dengan Tuhan, hukum-hukum yang menjadikan mereka umat Tuhan. Sudah satu bulan Kemah Suci didirikan dan tata ibadah kepada Tuhan dilakukan. Sekarang waktunya untuk melanjutkan perjalanan ke Tanah Perjanjian.

Diawali dengan perintah Tuhan kepada Musa untuk melakukan sensus: mencatat semua nama laki-laki berusia 20 tahun ke atas dan yang sanggup berperang. Setiap orang namanya dicatat, tidak boleh ada satupun yang terlewat. Tuhan memilih pemimpin-pemimpin untuk setiap suku Israel: kepala suku, mewakili suku, dan untuk mendampingi Musa. Mereka adalah kepala-kepala pasukan Israel.

Dalam sensus itu juga dilakukan pencatatan silsilah Israel: nama orang, nama kaum, nama suku. Setiap orang diketahui asal-usul dan garis keturuannya. Jumlah pasukan Israel: 603.550 orang (kalau ditambah dengan lansia, perempuan, dan anak-anak, maka jumlahnya mencapai lebih dari 2 juta orang). Hanya suku Lewi yang tidak ikut dihitung, karena mereka tidak berperang, mereka bertugas di Kemah Suci.

Tugas suku Lewi: mengawasi Kemah Suci, mengurus Kemah Suci beserta smeua perabotannya, membongkar dan mendirikan kembali Kemah Suci. Orang awam yang mendekat harus dihukum mati. Suku Lewi harus berkemah di sekeliling Kemah Suci. Suku Lewi solah menjadi pembatas antara Kemah Suci dengan umat Tuhan, supaya umat Israel jangan kena murka.

Kemah Suci, tempat Tuhan bersemayam, tempat Tuhan hadir di tengah umat-Nya. Sekalipun Tuhan hadir dan menyertai, tetapi Tuhan hadir di dalam kedahsyatan dan kekudusan-Nya. Tuhan hadir, tetapi terpisah. Umat Tuhan tidak bisa sembarangan mendekat. Siapa mendekat tanpa melalui prosedur yang Tuhan tetapkan, akan mendapat murka Tuhan.

Ada lingkaran-lingkaran mengelilingi hadirat Tuhan di tengah perkemahan Israel. Umat Israel berkemah di lingkaran terluar, mereka sama sekali tidak boleh mendekat ke Kemah Suci, kecuali untuk melakukan ritual yang telah ditetapkan Tuhan. Lingkaran kedua adalah suku Lewi, yang bertugas mengurus Kemah Suci, tetapi tidak melakukan ritual ibadah.

Lingkaran ketiga adalah para imam: Harun dan anak-anaknya. Hanya mereka yang diberi otoritas melakukan ritual ibadah kepada Tuhan, mereka menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya. Lingkaran paling dalam: Musa, yang kepadanya Tuhan berfirman sebagaimana seorang bercakap-cakap dengan sahabatnya. Musa memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa Israel di hadapan Tuhan!

Tuhan hadir, tetapi pengalaman akan kehadiran Tuhan itu tidak sama bagi semua orang. Tetapi, ketika Tuhan Yesus mati di kayu salib, tabir pembatas itu terbelah dua. Tidak ada lagi batas untuk masuk ke ruang mahakudus. Tetapi, kehadiran Tuhan Yesus selama di bumi menunjukkan bahwa semua orang dapat bertemu dan bergaul dengan Tuhan! Immanuel! Tidak ada batas, tidak ada kasta, tidak ada kelompok yang punya akses khusus. Ulama atau nelayan, orang kaya atau pengemis, Farisi atau pelacur, Yahudi atau Samaria!

Sekarang, karena pekerjaan Kristus, setiap orang bisa datang kepada Tuhan; setiap orang bisa masuk ke hadirat Tuhan. Modalnya adalah: iman, percaya bahwa Kristus sudah mati untuk menebus dosa, dan membuka akses kepada Tuhan. Percaya dan kerinduan untuk menghadap Tuhan, untuk menyembah Tuhan, untuk mengalami Tuhan!

“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:15-16).

“Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” (Lukas 10:21-22).

Views: 11

This entry was posted in Bilangan, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *