Menjadi Berkat dalam Situasi Apapun

Kisah Rasul 28:1-31

Ketika “kemalangan” datang bertubi-tubi, orang berpikir bahwa pasti itu adalah tulah dan hukuman atas dosa. Penduduk Malta berpikir bahwa Paulus adalah seorang pembunuh, karena sekalipun selamat dari badai, ia kemudian digigit ular yang racunnya membawa kematian seketika. Tetapi Tuhan melindungi Paulus, dan peristiwa itu justru membuka jalan bagi Tuhan untuk menyembuhkan ayah gubernur Malta dan banyak orang sakit lainnya.

Paulus tinggal selama 3 bulan di Malta. Tuhan menyertainya, dan agaknya Paulus menjadi berkat di sana (salah satunya: menyembuhkan banyak orang sakit). Sehingga, penduduk Malta sangat mengormati Paulus dan rombongannya. Mereka menyediakan segala sesuatu yang diperlukan ketika Paulus dan rombongannya bertolak ke Roma.

Di dalam situasi yang sulit: menjadi tawanan, habis dilanda badai, digigit ular berbisa, Paulus tetap melayani orang lain danmenjadi berkat. Betapa mudah untuk berdiam, mengasihani diri sendiri, meminta untuk dimaklumi, memakai “kemalangan” sebagai alasan untuk tidak berbuat apa-apa. Hamba Tuhan yang sejati akan terus melayani dan memberkati orang lain di sekitarnya–sekalipun ia sendiri sedang atau telah mengalami banyak masalah dan kesulitan. Sebab “… harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Korintus 4:7).

Sampai di Roma, Paulus bertemu dengan para pemuka Yahudi untuk melakukan klarifikasi kedatangannya: bukan untuk mengadukan bangsa Yahudi, tetapi karena pemberitaan Injil. Paulus memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah, tentang Yesus sebagai Mesias melalui hukum Musa dan kitab para nabi. Namun, sebagian besar orang Yahudi tidak menerima kesaksian Paulus; terjadi perdebatan dan perbedaan paham di antara mereka.

Catatan terakhir Lukas adalah: selama 2 tahun Paulus tinggal di rumah yang disewanya sendiri, hanya dijaga satu orang prajurit pengawal. Paulus bebas untuk beraktivitas, untuk menemui orang yang datang, dan tidak ada rintangan apa-apa untuk memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.

Dari surat-surat Paulus, dapat diketahui bahwa kemudian Paulus dimasukkan ke dalam penjara; menurut tradisi, Paulus dimasukkan ke Penjara Memertine (The House of Darkness). Penjara ini berbentuk gua bawah tanah (dungeon), kondisinya sangat menyedihkan, gelap, dan kotor. Paulus kemudian dihukum mati.

Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus menulis: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:20-21).

Views: 10

This entry was posted in Kisah Para Rasul, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *