Masa Penantian

Kisah Rapa Rasul 24:1-27

Pengadilan atas Paulus di Kaisarea. Imam Besar memberi Paulus label-label yang negatif, dan menuduh bahwa ia mencoba melanggar kekudusan Bait Allah; serta mengatakan bahwa sebenarnya cukup diadili oleh mahkamah agama, karen ini urusan internal agama Yahudi. Paulus menjawab dengan bukti-bukti dan data-data yang bisa diverifikasi, bukan dengan prasangka.

Felix, sang gubernur, menunda sidang untuk mendengarkan keterangan komandan pasukan Romawi di Yerusalem. Sementara itu, ia dan istrinya meminta Paulus menjelaskan mengenai kepercayaannya kepada Yesus Kristus. tetapi Felix menjadi takut ketika Paulus mulai berbicara tentang kebenaran, penguasan diri, dan penghakiman–karena agaknya Felix merasa itu mulai menyentuh cara hidupnya.

Felis selama 2 tahun menahan Paulus dan sering mengajaknya diskusi. Selama itu pula ia sebenarnya ingin mendapatkan uang dari Paulus. Kemudian felix diganti oleh Perkius Festus yang tetap memenjarakan Paulus, karena ingin mengambil hati orang Yahudi.

Apakah 2 tahun dalam tahanan di Kaisarea itu merupakan pemborosan atau kesia-siaan? 2 Tahun ditahan tanpa kejelasan, diajak diskusi dengan gubernur, tapi tanpa progress/hasil yang nampak. Was it a waste of time? Banyak ahli mengatakan bahwa selama dipenjara di Kaisarea ini Paulus tidak menulis surat penggembalaan. Lukas juga tidak mencatat ada peristiwa penting selama masa tahanan ini.

Apakah–seperti penafsiran beberapa orang–masa 2 tahun ini adalah masa Tuhan mendisiplin Paulus karena tidak taat kepada pernyataan Roh Kudus yang memperingatkan agar tidak pergi ke Yerusalem? Dan karena Paulus tetap pergi, Tuhan mengijinkan dia mengalami masalah yang sebenarnya tidak perlu terjadi? Apapun itu. Rencana Tuhan tetap berjalan. Paulus tetap akan pergi ke Roma untuk bersaksi di sana.

Terpujilah Tuhan yang Mahakuasa. Tuhan yang sanggup untuk melakukan apa yang telah Ia janjikan! “Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” (Roma 4:20-22).

Views: 7

This entry was posted in Kisah Para Rasul, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *