Akuntabilitas Hamba Tuhan

Kisah Para Rasul 20:13-38

Sampai di Miletus, Paulus memanggil para penatua jemaat Efesus (28 mil jaraknya) untuk memberikan pesan-pesan perpisahan, karena ia tidak akan bertemu dengan mereka lagi (ayat 38). Perikop ini memberi gambaran warisan kehidupan yang ditinggalkan oleh Paulus kepada jemaat: sikapnya, tata nilai, cara berpikir, iman/keyakinannya, dan pengharapannya tentang jemaat. Paulus mempertangungjawabkan pelayanannya di hadapan jemaat.

Paulus menguraikan bagian-bagian penting dalam hidup seorang hamba Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia:
(1) Apakah ia setia dan tekun melakukan panggilan Tuhan–tidak ada hutang tanggung jawab yang belum dilakukan, tetapi menyelesaiakan semua tugas;
(2) Apakah ia memiliki penyerahan penuh, memandang panggilan Tuhan lebih berharga daripada hidupnya (kenyamanan, reputasi, bahkan nyawanya sendiri);
(3) Apakah ia menjalankan tugas panggilan dengan cara dan sikap yang benar terhadap yang dilayani–rendah hati; tidak menindas/menguasai tetapi melayani dengan air mata;
(4) Apakah ia menunjukkan integritas hidup, khususnya dalam hal harta dan uang–tidak dengan sengaja mengambil keuntungan dari yang dilayani, tetapi mengusahakan kecukupan kebutuhan sendiri dengan bergantung kepada Tuhan;
(5) Apakah ia membuat pelayanan tergantung kepada dirinya, sehingga mereka “tidak bisa hidup tanpanya”, ataukah ia meyakini bahwa Tuhanlah sumber kehidupan dan kelangsungan hidup jemaat. Tuhan yang menjadi pusat kehidupan jemaat, bukan hamba-Nya!

“Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.” (1 Korintus 4:1,2)

Views: 7

This entry was posted in Kisah Para Rasul, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *