Category Archives: Markus

Jangan Merasa Paling Hebat atau Benar

Markus 9:38-42 pirit ekslusivitas–merasa yang paling berhak untuk memiliki atau melakukan sesuatu karena termasuk ke dalam satu kelompok; dan dengan demikian memandang orang lain yang bukan anggota kelompoknya tidak punya hak itu–ditunjukkan oleh Yohanes (mewakili murid-murid yang lain karena ia … Continue reading

Posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi | Leave a comment

Siapa yang Besar di Mata Tuhan?

Markus 9:33-37 esampainya di Kapernaum, Yesus menanyai murid-murid-Nya tentang apa yang mereka perdebatkan (arguing) selama dalam perjalanan. Ada dua kali mereka diam: ketika Yesus mengatakan tentang kematian-Nya, mereka diam tidak berani bertanya sekalipun tidak memahami; dan sekarang mereka diam ketika … Continue reading

Posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi | Leave a comment

Pernyataan Tuhan Yang Sulit Diterima

Markus 9:30-32 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat berjalan melewat Galelia secara diam-diam. Yesus idak ingin ada orang lain yang mengetahui perjalanan itu, sebab Ia sedang mengajar muriod-murid-Nya. Yesus mengadakan waktu-waktu khusus sendirian hanya dengan 12 murid untuk memberikan pengajaran yang intensif. … Continue reading

Posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi | Leave a comment

Iman Ditunjukkan Dengan Doa

Markus 9:14-29 urun dari gunung ke tempat murid-murid yang lain, Yesus dan 3 murid-Nya melihat orang banyak mengerumuni ke 9 murid yang lain, dan ada beberapa Ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan murid-murid itu. Yang menjadi sebab perdebatan murid-murid di … Continue reading

Posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi | Leave a comment

Melihat Kemuliaan Tuhan

Markus 9:2-13 nam hari setelah pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias dan pengajaran Yesus mengenai syarat untuk mengikuti Dia, Yesus membawa–berarti ini inisiatif Yesus untuk mengajak–tiga orang murid (Petrus, Yakobus, dan Yohanes) naik ke gunung untuk berdoa (Lukas 9:28). Dan … Continue reading

Posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi | Leave a comment