Jangan Merasa Paling Hebat atau Benar

Markus 9:38-42

Spirit ekslusivitas–merasa yang paling berhak untuk memiliki atau melakukan sesuatu karena termasuk ke dalam satu kelompok; dan dengan demikian memandang orang lain yang bukan anggota kelompoknya tidak punya hak itu–ditunjukkan oleh Yohanes (mewakili murid-murid yang lain karena ia memakai kata “kami”–ayat 38). Sikap eksklusif ini tidak bisa dipisahkan dari sikap merasa paling hebat; sebagaimana mereka perdebatkan di perjalanan bersama Yesus. Tidak hanya murid-murid saling merasa lebih hebat dari yang lain, mereka juga–sebagai kelompok–merasa lebih hebat daripada kelompok lain atau orang yang ada di luar kelompok mereka.

Sikap itu yang membuat murid-murid berusaha mencegah orang yang bukan pengikut Yesus mengusir setan dalam nama Yesus–seolah-olah nama Yesus merupakan property dari murid-murid, dan tidak boleh digunakan oleh orang yang bukan pengikut-Nya. Agaknya orang itu tetap mengusir roh jahat dalam nama Yesus dan berhasil–komentar Yesus: “Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku …” (ayat 39). Situasi yang ironis, beberapa waktu sebelumnya murid-murid Yesus gagal mengusir roh bisu dari seorang anak (Markus 9:18, 28); dan sekarang mereka melihat orang lain yang bukan pengikut Yesus justru bisa mengusir roh jahat!

Menanggapi sikap dan cara pandang eksklusif dari murid-murid, Yesus mengajarkan: (1) jangan mencegah orang lain melayani demi nama Yesus, sekalipun ia bukan berasal dari kelompok mereka–bukan keanggotaan dalam kelompok tertentu, tetapi iman kepada Yesuslah yang penting; (2) kalau mau melakukan pembagian, maka hanya ada dua kelompok: yang di pihak Yesus dan yang melawan Yesus; tidak ada posisi netral dalam relasi dengan Yesus–ketika seseorang membawa kemuliaan bagi nama Yesus, maka ia ada di pihak-Nya.

Yesus memberi pengajaran lebih lanjut: (3) memihak kepada Yesus tidak harus ditunjukkan dengan melakukan perbuatan yang spektakuler atau supranatural; pelayanan/simpati yang sederhana, sesederhana memberi minum secangkir air kepada pengikut Yesus itu dihargai oleh Tuhan dan akan diberi upah; (4) sebaliknya, orang yang menyesatkan orang lain sehingga ia tidak beriman atau taat kepada Tuhan–bahkan yang paling kecil atau sederhana sekalipun, adalah kejahatan yang serius di hadapan Tuhan; lebih serius daripada kejahatan yang pantas dihukum dengan cara ditenggelamkan.

Penerapan:
(1) Berdoa meminta Tuhan menguji hati: apakah ada perbuatan atau perkataan di mana saya dengan sengaja menyesatkan orang lain?
(2) Mengevaluasi ulang pandangan saya tentang seseorang yang sengaja menyesatkan dan mempengaruhi orang lain sehingga mereka tidak percaya kepada Tuhan dan tidak taat kepada Tuhan–itu bukan perbuatan yang sepele, tetapi sangat serius di hadapan Tuhan dan mendatangkan hukuman yang berat dari Tuhan.

Views: 11

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *