Kisah Para Rasul 9:1-31
Saulus sudah memiliki semua bekal yang diperlukan untuk menjadi alat Tuhan yang luar biasa: seorang Farisi yang taat kepada Taurat, pengetahuan Kitab Suci yang komplit sebagai murid Gamaliel, semangat yang menyala-nyala, kemauan untuk bekerja keras, dan keberanian. Tinggal satu yang diperlukan: hatinya harus ditangkap oleh Tuhan. Dan Tuhan menangkapnya!
Setelah Tuhan menangkap Saulus, semua potensi yang sudah ada itu langsung dipakai untuk memberitakan Injil. Semua pengetahuan, ketrampilan bicara, semangat dan energi yang besra itu, sekarang dibalikkan 180 derajad. Semual untuk menghancurkan pengikut Kristus, sekrang untuk memberitakan Kristus. Begitu kuat pengaruh pertobatan dan pemberitaan Saulus, sehingga orang-orang Yahudi berencana untuk membunuhnya.
Tuhan menangkap Saulus dengan cara yang ekstrim: menyinarkan cahaya yang terang dari langit, menjatuhkan Saulus dari kudanya, bicara langsung dengan suara dari langit, membuat Saulus buta sehingga harus dituntun, dan kemudian mencelikkan matanya–mata fisik dan mata imannya. Tuhan merendahkan Saulus agar Saulus menyerahkan diri menjadi alat-Nya.
Saulus merasa sedang bekerja bagi Tuhan, menegakkan Kitab Suci. Saulus memiliki kepandaian, memiliki pengetahuan, memiliki kemampuan bicara, memiliki semangat menyala, memiliki otoritas dari Majelis Tinggi Agama, memiliki perlengkapan perang, memiliki pasukan. Dalam hitungan menit, Tuhan membalikkan semuanya. Karena Tuhan memilih dan menghendaki Saulus untuk bekerja bagi-Nya.
Respon Saulus atas peristiwa penangkapannya oleh Tuhan: merendahkan diri di hadapan Tuhan–berpuasa, berdoa, merenung, dan mendengarkan Tuhan. Setelah dicelikkan matanya oleh Tuhan dan dibabtis sebagai tanda imannya, Saulus tinggal beberapa hari bersama para murid yang ada di Damaskus–belajar tentang jalan Tuhan. Dalam Galatia 1:17, Saulus menyatakan bahwa ia pergi ke Arabia–beberapa penafsir manyatakan bahwa ini untuk belajar langsung dan menerima pengutusan langsung dari Tuhan. Dan setelah itu, Saulus mulai memberitakan Injil.
Aku bersyukur kepada-Mu, Tuhan, sebab Engkau menghendaki saya untuk menjadi alat-Mu, untuk mengerjakan pekerjaan-Mu. Terima kasih untuk semua persiapan: panggilan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman yang sudah boleh saya jalani–keberhasilan maupun kegagalan. Sekarang saya menyerahkan semuanya itu kepada-Mu, saya menyerahkan hidup saya kepada-Mu. Pimpinlah saya untuk mengerjakan pekerjaan-Mu, supaya saya melakukan rencana-Mu, supaya saya melakukan jalan-jalan-Mu.
Views: 7