Paling Berharga bagi Tuhan

Kejadian 22:1-24

Tuhan menguji Abraham: apakah Abraham sungguh-sungguh takut kepadaNya. Tuhan tidak benar-benar akan membunuh Ishak–dan kalaupun Ishak terbunuh, Tuhan bisa membangkitkannya kembali. Pointnya adalah: apakah Abraham takut dan taat kepada Tuhan melebihi segala sesuatu?

Abraham tidak berlambat-lambat untuk mentaati Tuhan. Begitu mendengar firman Tuhan, keesokan harinya pagi-pagi, ia berangkat untuk melakukan perintah Tuhan. Perjalanan yang jauh, lebih dari 3 hari lamanya. Ada waktu untuk berubah pikiran, ada waktu untuk menariik komitmen. Tapi Abraham tetap dengan ketaatannya.

Di dalam ketaatannya, Abraham memiliki pengharapan bahwa Tuhan akkan memberikan jalan keluar. “Allah yang akan menyediakan …” Ishak belajar percaya dari ayahnya. Ishak bertanya, dan mempercayai jawaban ayahnya. Ishak taat, berjalan dalam iman bersama-sama Abraham. Tuhan memberhitungkan kepercayaan Abraham sebagai kebenaran di hadapanNya.

Terpujilah Tuhan. Ia yang menilai iman dan ketaatan lebih berharga daripada prestasi dan kinerja. Ia yang memandang penyerahan dan kepercayaan kepadaNya lebih berharga daripada aktivitas dan pemberian. Terpujilah Tuhan. Karena dengan demikian, setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi orang yang berkenan kepadaNya.

Iman dan ketaatan Abraham membuat Tuhan meneguhkan janjiNya dengan bersumpah demi diriNya sendiri! Ia akan memberkati Abraham, Ia akan memberkati keturunan Abraham, dan Ia akan memberkati seluruh dunia melalui keturunan Abraham. Terpujilah Tuhan! Hidup Abraham berdampak bagi seluruh dunia karena iman dan ketaatannya.

Sementara orang lain–keluarga lain “hanya” mengalami siklus hidup yang biasa-biasa saja: kelahiran anak, bertambah keturunan; Abraham mengalami kehidupan yang luar biasa: Tuhan bersumpah untuk memberkati dia dan keturunannya! Terpujilah Tuhan.

“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11:6)

Views: 7

This entry was posted in Kejadian, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *