Melayani Orang Lain dengan Kasih

1 Tesalonika 2:5-8

Sikap hati yang benar dari seorang hamba Tuhan dinyatakan melalui tindakan dan perilaku yang nyata, yang bisa dilihat atau disaksikan oleh orang lain. Sebab, bagaimana orang bisa melihat motif dan isi hati, kecuali melalui indikator-indikator tindakan yang dapat dilihat dan didengar dan dialami langusung? Pada bagian ini, Paulus mengingat jemaat akan sikap hidup yang ditunjukkannya sebagai cerminan motif hatinya yang tulus.

Ayat 5-6. Paulus dan rekan-rekannya tidak pernah bermulut manis (flattering words, flattering speech): mengucapkan kata-kata yang indah-indah tetapi sebenarnya menyelubungi niat untuk mendapatkan keuntungan–baik keuntungan finansial, pujian orang, maupun kekuasaan atau pengendalian atas orang lain. Perkataan dan pengajaran yang tujuannya untuk menyatakan kebenaran firman Tuhan, tidak ada unsur menjilat orang lain dan mengendalikan/menguasai orang lain.

Ayat 7. Sebaliknya, Paulus dan rekan-rekannya bersikap ramah/lembut (gentle, mild, kind) kepada jemaat, seperti seorang ibu yang merawat anaknya. Mengapa? Karena Paulus dan rekan-rekannya memiliki hati yang mengasihi jemaat. Kasih kepada orang lain ditunjukkan dengan sikap yang lemah lembut dan ramah: hati-hati dalam menjaga perasaan orang lain.

Ayat 8. Kasih kepada jemaat itu juga ditunjukkan dengan kesediaan Paulus dan rekan-rekannya untuk tidak hanya membagikan firman Tuhan (mengajar), tetapi juga membagikan hidup mereka kepada jemaat. Paulus memberikan waktu, tenaga, perhatian, dan kasihnya kepada jemaat. Tidak hanya relasi pengajar dengan murid, tetapi orantua (ibu) dengan anaknya.

Penerapan:
Meminta hati yang mengasihi orang-orang yang saya layani, sehingga saya tidak hanya berhubungan secara profesional transaksional, melainkan sampai kepada relasi yang personal: memberikan perhatian dan waktu di luar jam-jam kerja.

Views: 26

This entry was posted in 1 Tesalonika, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.