3 Yohanes 9-11
Kesombongan dan keinginan untuk menjadi terkemuka bisa membuat orang menentang pemimpin dan melawan kebenaran. Tidak hanya bersikap memberontak secara individual, tetapi juga bisa sampai menghasut dan mengancam orang lain agar melakukan hal yang sama. Motif ingin menonjol, ingin mendapat nama, dan ingin dilihat/diperhatikan orang adalah hal yang berbahaya. Gereja ternyata juga tidak steril dari orang-orang yang memiliki sikap demikian.
Yohanes menulis bahwa penerapan kasih berupa tindakan memberi tumpangan atau bantuan kepada hamba-hamba Tuhan ternyata tidak selalu dipahami oleh orang percaya. Sekalipun Yohanes sudah menuliskannya kepada jemaat, namun salah satu anggota jemaat, Diotrefes, tidak mau menerima hal itu. Motifnya: ingin menjadi orang terkemuka di antara jemaat; dengan cara berani membantah atau menolak Yohanes yang adalah rasul dan pemimpin yang dihormati (ayat 9).
Tindakan Diotrefes: (1) melontarkan kata-kata kasar secara membabi buta kepada Yohanes dan orang-orangnya; (2) menolak kedatangan hamba-hamba Tuhan; dan (3) mempengaruhi bahkan melarang anggota jemaat lain untuk menerima rombongan para saudara seiman ini; dengan ancaman: siapa yang menerima mereka akan dikeluarkan dari jemaat/gereja (ayat 10). Bagi Yohanes, tindakan Diotrefes ini salah, dan akan dituntut oleh Yohanes ketika ia datang kepada jemaat.
Yohanes kemudian menasihati dan mendorong Gaius agar tidak mengikuti perbuatan Diotrefes yang jahat itu, tetapi agar mengikuti apa yang benar. Sebab, apa yang benar itu berasal dari Tuhan, sehingga melakukan apa yang benar berarti seseorang mengenal dan berjalan di dalam Tuhan. Sebaliknya, siapa mengikuti perbuatan yang jahat, ia tidak mengenal Tuhan (ayat 11).
Respons Yohanes terhadap sikap dan tindakan Diotrefes: (1) tidak melakukan konfrontasi atau polemik di depan publik melalui surat–ini bisa menimbulkan kegaduhan baru di dalam jemaat; (2) secara pribadi mencari orang lain–yaitu Gaius–yang bisa dipercaya untuk menerima para hamba Tuhan, supaya kebutuhan yang ada tetap bisa terpenuhi; (3) tidak mentolelir, melainkan akan mengkonfrontasi Diotrefes ketika ada kesempatan untuk bertemu langsung.
Berbeda dengan yang dilakukan Diotrefes: ia membuat gaduh di tengah jemaat, menggunakan kata-kata kasar dan jahat tentang Yohanes dan orang-orang percaya yang bersamanya, melakukan penghasutan dan intimidasi atas jemaat yang lain. Semuanya dilakukan secar aterbuka, di depan publik, dengan tujuan agar semua orang melihat dia dan berpikir betapa dia seorang yang hebat dan berani–padahal ia sedang melawan perintah Tuhan untuk hidup saling mengasihi dalam kebenaran.
Penerapan:
Apabila ada konflik atau perbedaan pendapat atau melihat ketidakbenaran terjadi, meresponsnya dengan kasih dan dalam kebenaran: tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melakukan tindakan bijaksana supaya tetap tercapai tujuan, tanpa kegaduhan, dan konsisten menyatakan apa yang benar dan menegor orang sesuai perintah Tuhan: mula-mula empat mata, kemudian membawa saksi, dan terakhir barulah di depan publik.
Views: 20