2 Yohanes 1-3
Apa yang bisa dilakukan oleh seorang yang sudah tua? Seorang yang sudah berusia lanjut bisa menjadi sumber nasihat dan pengajaran bagi generasi yang lebih muda–karena pengenalan dan pengalaman pribadinya bersama Allah di sepanjang hidupnya adalah sumber yang dapat dipakai Allah untuk mengajar membangun hidup orang lain.
Yohanes, menyebut dirinya sebagai “Si Orang Tua”, tanpa menyebut namanya secara eksplisit. Ini mengindikasikan bahwa penerima surat itu sudah cukup mengenal Yohanes dan familier dengan sebutan “Orang Tua” itu. Sebagaimana kadang-kadang dalam pembicaraan, kita tidak menyebut nama orang, tetapi jabatan atau predikatnya, misalnya: Pak Rektor, Ketua Kelas, atau predikat yang lain. Orang yang mendengar akan langsung tahu identitasny, tanpa harus menyebutkan namanya.
Dengan menyebut dirinya sebagai “Si Orang Tua”, Yohanes menempatkan dirinya sebagai orang yang memiliki relasi dengan penerima suratnya, dan menegaskan statusnya sebagai seorang yang lebih tua–secara usia–di mana ada otoritas yang melekat pada status orang tua: sudah lebih dulu punya pengalaman berjalan bersama Tuhan, bahkan bisa jadi ia adalah perintis jemaat dan bapa rohani bagi jemaat–sehingga akan menimbulkan respek dan kesediaan mendengar pada penerima suratnya. Status sebagai orang yang lebih tua itu mengandung otoritas yang tidak dimiliki mereka yang lebih muda–gunakanlah otoritas itu untuk mensihati dan mengajarkan jalan Tuhan.
Tujuan surat ini kepada: Ibu yang Terpilih dan anak-anaknya. Kembali tidak ada peyebutan secara eksplisit siapa yang dimaksud. Tetapi, penerima surat itu tahu siapa mereka. Para penafsir menyatakan bahwa yang dimaksud adalah: gereja atau jemaat Allah. Dalam beberapa srat Paulus, gereja atau jemaat dilambangkan sebagai mempelai perempuan Kristus. Yohanes sekaligus mengingatkan jemaat (mungkin para pemimpinnya) bahwa mereka adalah mempelai yang dipilih oleh Kristus, dan mereka memiliki tanggung jawab untuk mengasuh anak-anak Allah atau anggota jemaat untuk hidum benar di dalam Tuhan.
Yohanes menyebutkan relasinya dengan penerima surat: ia mengasihi mereka di dalam kebenaran, dan relasi itu hanya ada dan bertahan untuk selamanya karena didasarkan atas kebenaran. Kasih dan kebenaran merupakan tema utama dari surat ini, dan juga surat Yohanes yang lain. Dua karakteristik atau sifat yang tidak bisa dipisahkan, keduanya–kasih dan kebenaran–harus ada dan berjalan bersama-sama. Perintah yang sangat jelas dalam surat yang lain: “… marilah kita mengasihi … dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1 Yoh 3:18).
Yohanes kemudian menuliskan salam untuk penerima suratnya: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa akan menyertai dalam–kembali konsep ini ditekankan–kebenaran dan kasih.
Penerapan:
Sebagai seorang yang sudah lebih tua dari yang lain–dan sekarang termasuk yang paling tua di lingkup pelayanan Perkantas, saya bisa ambil bagian untuk mendorong generasi setelah saya agar hidup di dalam kasih dan kebenaran.
Views: 27