1 Yohanes 5:4-5
Kemenangan atas dunia adalah penciri lain dari seorang percaya. Seumpama sekeping uang, sisi yang satu adalah ketaatan kepada Tuhan karena kasih, dan sisiyang lain adalah kemenangan atas dunia–dengan segala siasat dan pekerjaannya. Seorang yang mentaati Tuhan, pasti mengalahkan dunia, sebab esensi dunia adalah kehidupan yang memberontak dan tidak taat kepada Tuhan.
Yohanes menjelaskan prinsip ini: barangsiapa yang dilahirkan dari Allah mengalahkan dunia. Tenses yang digunakan adalah present tense, berarti sebuah fenomena yang terus menerus terjadi. Artinya perjuangan melawan dunia ituakan terus dihadapi, tetapi kemenangan atas dunia itu juga terus-menerus dialami. Orang percaya menang atas dunia dengan imannya (ayat 4).
Iman yang mana? Iman kepada Kristus, yaitu barang siapa yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, ia menang atas dunia ini. Bukan usaha, bukan kekuatan karakter, bukan siasat, melainkan iman kepada Tuhanlah sumber kemenangan itu (ayat 5). Keselamatan adalah anugerah yang diterima oleh iman; kelahiran sebagai anak Allah adalah peristiwa yang lampau, sudah terjadi; namun sepanjang hiduporang percaya, kalau ia ingin mengalami kemenanagan atas dunia, maka hidupnya harus ditopang oleh iman–lagi-lagi anugerah Allah dan bukan usaha manusia.
Bagaimana mekanisme kemenangan karena iman ini? Beriman bahwa saya sudah lahir baru,berarti saya anak Allah, berarti Roh Allah tinggal di dalam diri saya, berartui saya memiliki Pribadi lebih besar dari dunia–yang pasti mengalahkan dunia. Saya diberi potensi untuk menang, dan kemenangan itu pasti. Berbekal jaminan kemenangan itu, saya didorong dan dikuatkan untuk melangkah dalam ketaatan–karena ada jaminan pasti berhasil.
Seperti Yosua yang mendapat janji “Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakmu [telah] kuberikan kepada kamu” (Yos. 1:3). Yosua memegang janji TUHAN, Yosua beriman kepada janji TUHAN bahwa ia telah menang–wujudnya: melangkah maju berperang dengan keyakinan pasti akan menang sesuai janji TUHAN.
Penerapan:
Mengakui bahwa saya menunda ketaatan, karena saya memandang apa yang akan say alakukan itu nanti akan sulit, susah, menguras tenaga, dan sebagainya–saya melupakan bahwa Tuhan sudah berjanji bahwa saya pasti menang, kalau saya melangkah maka say apasti bisa dan menang.
Views: 4