Hidup Bersekutu dengan Sang Terang

1 Yohanes 1:5-2:2

Prinsip pertama hidup dalam persekutuan dengan Tuhan: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Konsekueninya, orang yang hidup di dalam persekutuan dengan Tuhan akan hidup di dalam terang, yaitu tidak hidup di dalam dosa, melainkan di dalam kebenaran. Konsekuensinya dalam hidup sehari-hari adalah:

Pertama, indikator seseorang memiliki persekutuan dengan Tuhan adalah–ia tidak hidup di dalam dosa. Bukan berarti tidak bisa jatuh ke dalam dosa, melainkan tidak lagi hidup terbiasa melakukan dosa, atau terus-menerus berbuat dosa, atau hiduop dengan dosa sebagai karaktristik utamanya. Orang percaya masih menghadapi pencobaan dan pergumulan, dan bisa jatuh; tetapi ia tidak terbiasa di dalam kondisi itu; kondisi jatuh itu adalah perkecualian, bukan kebiasaa normalnya (ayat 5-6).

Kedua, hidup di dalam kebenaran itu bukan merupakan usaha manusia, tetapi merupakan pekerjaan Allah, yaitu karena darah Yesus, Anak Allah, menyucikannydari segala dosa. Keadaan disucikan oleh darah Kristus ini dimiliki oleh semua orang percaya, tanpa kecuali–sehingga semua orang percaya memiliki karakteristik yang sama, yaitu telah disucikan dari dosa, sehingga mereka bisa bersekutu satu sama lain–sebab mereka sama-sama orang kudus. Mustahil seorang percaya bisa bersekutu dengan orang berdosa, mustahil terang bisa menjadi satu dengan kegelapan (ayat 7).

Ketiga, sekalipun telah disucikan oleh darah Kristus, orang percaya masih mungkin untuk jatuh dalam dosa. Kalau ada orang percaya yang berkata bahwa ia tidak mungkin berbuat dosa lagi, maka ia sedang menipu diri sendiri dan orang lain. Tuhan sendiri menyatakan bahwa orang percaya masih bisa jatuh/berdosa. Orang yang mengaku tidak pernah atau tidak akan atau tidak bisa berbuat dosa berarti menyangkal firman Tuhan sendiri (ayat 8-10).

Keempat, bagi orang percaya, kejatuhan di dalam dosa bukan akhir segalanya; sebab Kristus yang menyucikan dia dari perambaan kepada dosa itu juga yang menyediakan pengampunan dan pengudusan kembali kalau ia mau mengakui dosanya di hadapan Allah. Allah berjanji Ia akan mengampuni segala dosanya dan menyucikan dia dari segala kejahatan (ayat 9).

Kelima, sekalipun ada jaminan pengampunan dosa–karena Allah tahu akan fakta kelemahan orang percaya–bukan berarti itu menjadi alasan orang percaya untuk berbuat dosa. Jaminan pengampunan dosa bukan ijin untuk melakukan dosa, melainkan ekspresi kemurahan Allah kepada orang percaya: bahwa orang percaya memiliki seorang Pengantara kepada Allah Bapa, sebagai pendamaian untuk segala dosa.

Penerapan:
Bersyukur kepada Tuhan yang mengerti bahwa saya ini hanyalah debu yang rapuh dan bisa jatuh ke dalam dosa. Menghidupi panggilan untuk hidup benar–berjuang untuk tidak melakukan dosa; dan segera mengakui dosa ketika terpaksa jatuh di dalam dosa.

Views: 318

This entry was posted in 1 Yohanes, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.