Akuntabilitas dan Transparansi Pelayanan

Galatia 2:1-10

Paulus masih melanjutkan argumen tentang Injil yang diberitakannya sebagai Injil yang benar. Yaitu Injil sebagai satu-satunya jalan keselamatan, tidak perlu ditambah dengan melakukan hukum Taurat orang Yahudi–khususnya sunat. Paulus menjelaskan kembali peristiwa pertemuannya–setelah 14 tahun melayani–dengan para rasul pemimpin di Yerusalem. Bagaimana para pemimpin jemaat ini menerima dan mengkonfirmasi panggilannya dan Injil yang diberitakannya.

Ayat 1-3. Paulus datang ke Yerusalem bersama Barnabas dengan mmebawa Titus–seorang Yunani yang bertobat dan menjadi anak rohani Paulus. Di hadapan para pemimpin jemaat di Yerusalem, Paulus menjelaskan Injil yang diberitakannya kepada bangsa-bangsa non-Yahudi (Injil yang diterimanya dari Tuhan Yesus sendiri). Dan sekalipun Titus adalah bukan orang Yahudi, para pemimpin jemaat tidak memaksanya untuk disunat ketika ia menjadi orang percaya.

Ayat 4-5. Bukan berarti tidak ada tantangan. Paulus mengatakan bahwa ada orang-orang–yang diberinya label sebagai saudara-saudara palsu–yang berusaha memaksakan hukum/adat Yahudi sebagai syarat orang menerima keselamatan. Paulus memandang keyakinan itu bertentangn dengan Injil, karena keyakinan itu membawa orang kepada perhambaan, bukan kepada kemerdekaan di dalam Kristus. Menghadapi tantangan itu, Paulus (dan Barnabas) sangat kukuh dan tidak mau mundur dari keyakinan mereka akan Injil.

Ayat 6-8. Para pemimpin jemaat–orang-orang yang dianggap terpandang–di Yerusalem ternyata menerima keyakinan Paulus sebagai hal yang benar–mereka tidak memaksakan hukum Taurat diterapkan kepada orang non-Yahudi. Mereka justru melihat dan menjadi yakin bahwa Tuhan memang memanggil Paulus untuk memberitakan Injil kepada orang non-Yahudi, sebagaimana Petrus diutus untuk menginjili orang Yahudi. Mereka juga mengakui/melihat bahwa kekuatan yang diberikan Tuhan kepada Petrus juga diberikan kepada Paulus.

Ayat 9-10. Kesimpulannya, melalui kedatangan Paulus ke Yerusalem, Tuhan meyakinkan para pemimpin jemaat bahwa Tuhan memberikan anugerah kepada Paulus sebagai rasul. Sehingga peimpin jemaat saat itu: Petrus, Yohanes, dan Yakobus (saudara Tuhan Yesus) berjabat tangan dengan Paulus dan Barnabas sebagai tanda persekutuan dan mendukung pengutusan Paulus kepada orang-orang tidak bersunat, dengan tidak melupakan pelayanan diakonia kepada orang-orang miskin.

Sekalipun panggilan dan pengutusan itu berasal dari Tuhan–dan bukan dari orang atau organisasi–sebagaimana argumen Paulus di pasal 1, namun di dalam konteks Tubuh Kristus, Tuhan menghendaki adanya kesatuan dan kesepakatan pikiran, konfirmasi dari Tubuh Kristus atau gereja atas pelayanan seseorang–sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi pelayanan. Orang yang benar-benar dipanggil/diutus oleh Tuhan tidak perlu takut untuk diaudit dan dimintai pertanggung jawaban, sehingga mendapat konfirmasi dan didukung/diakui oleh Tubuh Kristus.

Penerapan:
(1) Tetap memiliki pandangan bahwa semua pelayanan/aktivitas itu tidak bisa soliter, tetapi harus di dalam konteks gereja/pelayanan.
(2) Menundukkan diri pada regulasi di lembaga di mana saya bekerja/ditempatkan, semua ide/inisaitif/gagasan/praktik harus saya sesuaikan dengan aturan dan otoritas yang ada.

Views: 782

This entry was posted in Galatia, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

138 Responses to Akuntabilitas dan Transparansi Pelayanan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *