Kasih Allah dan ketaatan

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13)Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Roma 5:8)

Allah lebih dahulu mengasihi saya dengan kasih yang terbesar. Ketika saya masih berdosa, Ia telah menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan Kristus untuk mati bagi saya. Itu adalah manifestasi kasih yang terbesar dan sempurna. Kasih Allah tidak bisa berubah, tidak bisa ditambah dan tidak bisa berkurang kepada saya.

Allah mengasihi saya lebih dahulu, bukan karena saya telah taat. Kasih Allah diberikan kepada saya bukan sebagai ‘imbalan’ atau balasan atas ketaatan saya. Apapun yang saya lakukan, tidak akan dapat menambah kasih Allah kepada saya. Apapun yang terjadi pada saya, tidak akan mengurangi kasih Allah kepada saya. Lalu di mana letak ketaatan saya dalam kaitan dengan kasih Allah?

Ketaatan saya tidak menentukan kasih Allah–sebab kasih-Nya yang sempurna itu sudah dicurahkan kepada saya di dalam Kristus. Ketaatan saya menentukan seberapa nyata, dalam, kaya, dan lengkapnya relasi dan pengalaman saya dengan kasih Allah. Saya taat bukan untuk merebut hati Allah agar mengasihi saya. Ketaatan bukanlah proses pengumpulan poin untuk ditukarkan dengan kasih Allah kepada saya!

Motivasi ketaatan adalah sebagai bentuk ungkapan kasih saya kepada Allah dan kerinduan saya untuk mengenal dan mengalami kasih Allah yang semakin nyata, dalam, kaya, lengkap, dan sempurna.

Sama seperti lautan yang tidak akan berubah keadaannya, apapun yang saya lakukan. Airnya tidak akan berkurang atau bertambah, kedahsyatannya angin dan gelombangnya akan tetap, kekayaan kandungan di kedalamannya akan abadi. Namun, yang dapat berubah-ubah adalah relasi dan pengalaman saya akan lautan itu. Seberapa jauh saya melangkah, sejauh itulah pengenalan dan pengalaman akan kedahsyatan, kekayaan, dan kedalaman lautan itu akan saya dapatkan.

Views: 8

This entry was posted in Homili, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *