Orientasi pada Kedatangan Tuhan yang Ke Dua

Lukas 21:29-38

Mengakhiri pengajaran-Nya tentang nasib Yerusalem dan akhir zaman, Tuhan Yesus memberikan prinsip-prinsip yang harus dilakukan oleh para murid untuk menghadapi semua peristiwa yang harus dan akan terjadi menjelang kedatangan-Nya yang kedua. Setidaknya ada tiga prinsip yang diajarkan oleh Tuhan Yesus: kepastian kedatangan-Nya, cara hidup dalam nenantikan-Nya, dan ketekunan dalam kewaspadaan dan doa.

Semua yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang akhir zaman pasti akan terjadi. Sama seperti tanda-tanda datangnya suatu musim itu bisa dilihat–dan kalau tanda-tanda itu muncul, maka pastilah musim itu sudah tiba; demikianlah juga ketika tanda-tanda akhir zaman itu sudah dilihat, maka kedatangan Tuhan sudah sangat dekat (ayat 29-32). Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Tuhan Yesus: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (ayat 33).

Oleh karena akhir zaman itu pasti akan datang sebagaimana yang dinubuatkan Tuhan Yesus, para murid harus memiliki cara hidup tertentu agar tidak kaget ketika waktunya tiba. Para murid harus menjaga diri agar hidupnya tidak dipenuhi/dibebani/diikat (baruno: to be overcharged, to oppressed, dull, stupid) oleh pesta pora (kraipale: a debauch, keserakahan, pengumbaran hawa nafsu badani), kemabukan, dan kepentingan/kekuatiran/urusan duniawi, sebagaimana yang dilakukan oleh semua penduduk bumi (ayat 34-35).

Para murid harus tekun berjaga-jaga dan berdoa, meminta kekuatan dari Tuhan agar luput dari semua yang akan terjadi, agar mereka tahan berdiri di hadapan Tuhan–memegang iman yang kokoh dan tidak dipermalukan di hadapan Tuhan, ketika Ia datang kembali (ayat 36). Istilah “berjaga dan berdoa” juga digunakan oleh Tuhan Yesus untuk menasehati tiga murid-Nya di Taman Getsemane, supaya mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan (Luk. 22:46), sebab “roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41).

Agar dapat menyambut kedatangan Tuhan yang kedua menuntut sikap hidup tertentu dari umat Tuhan: (1) tidak membiarkan diri terikat dengan perkara-perkara di bumi ini–kesenangan mapun kekuatiran/urusan duniawi, sebab dunia ini akan dimusnahkan; tetapi mengarahkan pikiran kepada perkara yang di atas, yaitu kedatangan Tuhan Yesus; (2) sikap hidup itu hanya bisa dimiliki dengan kekuatan Tuhan, tidak mungkin dengan kekuatan sendiri, sehingga umat Tuhan harus terus berjaga dan berdoa meminta kekuaan dari Sorga.

Penerapan:
Berdoa meminta hati yang tidak terikat dan mencintai dunia ini dan apa yang ada di dalamnya, sehingga hati saya terarah kepada perkara-perkara yang di atas, supaya saya bisa memiliki hidup yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua.

Views: 18

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *