Keselamatan Adalah Kasih Karunia

Lukas 18:18-30

Tidak diketahui apa motif pemimpin ini bertanya kepada Tuhan Yesus apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal. Karena ia sudah merasa melakukan semua hukum Taurat sejak muda (ayat 21), mengapa masih bertanya lagi? Apakah ada kegelisahan di dalam hatinya yang mengatakan semua ketaatannya itu tidak cukup? Ataukah ia mencari konfirmasi atau validasi dari Tuhan Yesus bahwa ia sudah memenuhi syarat untuk memperoleh hidup kekal?

Pemimpin itu memanggil Tuhan Yesus sebagai “Guru yang Baik” atau “Good Master” (ayat 18): didaskalos (pengajar, teacher). Ia menempatkan Tuhan Yesus sebagai Pribadi yang telah berhasil melakukan semua yang diperlukan untuk memenuhi syarat memperoleh hidup kekal atau masuk Kerajaan Allah–maka Tuhan Yesus mengajar tentang Kerajaan Allah. Karena itu, pemimpin ini bertanya tentang “resep” tindakan yang harus dilakukan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus menjawab pertanyaan itu dengan pernyataan bahwa orang itu tentunya–karena ia seorang pemimpin–sudah tahu perintah/hukum Tuhan ke lima sampai ke sembilan–yang berisi perintah apa yang harus dilakukan dalam relasi dengan orang lain: menghormati orangtua, tidak berzinah, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak mengucapkan saksi dusta (ayat 20).

Jawaban pemimpin itu luar biasa: dia sudah melakukan/mentaati semua hukum itu sejak masih muda sampai sekarang (ayat 21). Ia memakai istilah “telah kuturuti” atau “have kept” (KJV), dalam bahasa aslinya “phulasso” yang artinya tidak hanya sudah melakukan, tetapi terus-menerus melakukan dengan tekun. Tidak hanya sekali-kali melakukan hukum Tuhan, tetapi selalu dan terus-menerus melakukannya dengan cermat dan hati-hati, sejak masih muda. Pemimpin ini adalah model orang yang baik, orang taat kepada hukum Tuhan.

Mendengar jawaban itu, Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Masih tinggal satu lagi yang harus kaulakukan” (masih kurang satu hal saja), yaitu: (1) menjual segala yang dimiliki dan membagi-bagikannya kepada orang miskin sehingga mendapat harta di sorga; (2) kemudian datang dan mengikuti Yesus–sebagai murid-Nya (ayat 22). Mendengar jawaban Tuhan Yesus, pemimpin itu menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya, dan ia tidak bisa melepas hartanya itu. Dalam catatan Markus dikatakan: “ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.” (Mar. 10:22).

Tuhan Yesus memandang orang itu, dan memberikan komentar: Alangkah sukarnya orang yang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah; bahkan bisa dikatakan mustahil, karena kemudian Tuhan Yesus mengucapkan illustrasi: lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorag kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (ayat 25). Seolah mengingatkan kembali kepada perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus.

Murid-murid menjadi gundah, kalau orang kaya yang taat hukum Tuhan seperti itu saja tidak bisa masuk Kerajaan Allah, lalu siapa yang dapat diselamatkan? (ayat 26). Jawaban Tuhan Yesus menjadi kuncinya: “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah” (ayat 27). Siapapun orangnya, apapun upayanya, tidak ada seorangpun yang dengan usahanya atau perbuatannya bisa menerima hidup kekal. Hanya Tuhan yang dapat memberikan keselamatan–“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Efe. 2:8).

Pemimpin ini mengira bahwa ia–dengan semua ketaatan yang telah dilakukannya layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mirip dengan cara berpikir orang Farisi dalam perumpamaan Tuhan Yesus sebelumnya (Luk. 18:9-14); memiliki pemahaman tentang syarat masuk Kerajaan Allah, merasa sudah memenuhi syarat itu, merasa telah benar dengan cara hidupnya sehingga bisa diterima oleh Allah.

Petrus, mewakili murid-murid yang lain berkata kepada Tuhan Yesus: bagaimana dengan nasibnya, yang sudah meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus (ayat 28)–artinya ia dan murid-murid yang lain telah melakukan apa yang diminta oleh Tuhan, tidak seperti pemimpin itu. Tuhan Yesus menjawab: komitmen mereka tidak sia-sia; selama hidup di dunia pada masa ini mereka akan menerima kembali berlipat ganda, dan pada zaman yang akan datang akan menerima hidup yang kekal (ayat 30).

Penerapan:
(1) Mengingat kembali, bahwa hidup yang diberikan kepada saat ini, hidup di dalam keselamatan, hidup dalam Kerajaan Allah adalah pemberian Tuhan, karena Tuhan mengasihi saya–bukan karena hasil perbuatan baik atau pelayanan yang saya lakukan
(2) Pemimpin itu memiliki kecintaan kepada hartanya, yang menghalanginya untuk menikut Tuhan. Apa yang menjadi penghalang saya untuk mengikuti Tuhan, apa yang saya inginkan/miliki yang tidak mau saya lepaskan untuk tunduk total kepada kehendak Tuhan?

Views: 12

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *