Menghormati Kekudusan Ibadah Umat TUHAN

Ulangan 23:1-8

Pertemuan ibadah umat TUHAN (qahal: congregation, assembly) merupakan moment atau event yang kudus. Di dalam Perjanjian Lama, TUHAN memnerikan ketetapan ada kategori-kategori orang yang tidak boleh mengikuti pertemuan ibadah umat TUHAN. Kategori itu ada yang berdasarkan ketidaksempurnaan fisik tertentu, berdasarkan kaitan dengan sejarah dosa/kejahatan yang pernah dilakukan, atau berdasar garis keturunan.

Di dalam Kristus, semua restriksi (larangan) itu telah dihapuskan, karena kematian Kristus telah mendamaikan manusia–dengan segala latar belakangnya–dengan Allah (Efesus 2:14-20). Akan tetapi, prinsipnya tetap sama: ibadah umat Tuhan adalah perkara yang kudus, sehingga tidak bisa dilakukan dengan sembarangan atau dengan tanpa rasa hormat kepada Tuhan.

Ayat 1-2. Larangan bagi seorang yang memiliki cacat khusus pada organ seksnya untuk masuk jemaah TUHAN. Kemudian, seorang anak haram sama sekali tidak boleh masuk jemaah TUHAN; bahkan sampai keturunannya yang kesepuluh–ini ekspresi jangka waktu untuk selama-lamanya–tidak boleh masuk jemaah Tuhan. TUHAN Mahakudus dan Sempurna, Ia menuntut kekudusan dan kesempurnaan–tidak boleh ada cacat atau cela dalam penyembahan atau ibadah kepada-Nya.

Ayat 3-6. Secara khusus, TUHAN melarang bangsa Amon atau Moab untuk masuk jemaah TUHAN, karena sejarah kejahatan mereka di hadapan TUHAN. Karena kedua bangsa ini bukan hanya tidak mau membantu Israel ketika dalam kondisi kekuragan, tetapi justru telah mengupah Bileam untuk mengutuki umat TUHAN. Tetapi TUHAN membalikkan kutuk Bileam menjadi berkat untuk Israel. Akan tetapi, Bileam kemudian menjadi penyebab penyesatan sehinga umat TUHAN menyembah Baal di Peor–yang menyebabkan murka TUHAN ditimpakan atas mereka. Selama hidup, umat TUHAN tidak boleh mengikhtiarkan kesejahteraan dan keahagiaan mereka ampai selama-lamanya.

Ayat 7-8. Ada larangan terbatas bagi keturunan Edom dan bangsa Mesir. Edom mendapat keringanan karena mereka adalah keturunan Lot, yang masih ada hubungan saudara dengan umat TUHAN. Demikian juga orang Mesir, karena bagaimanapun juga umat TUHAN pernah tinggal dan hidup sebagai pendatang atau orang asing di negeri Mesir. Keturunan orang Edom dan Mesir yang ketiga, boleh masuk jemaah TUHAN. Ini menunjukkan penghargaan TUHAN kepada mereka yang memiliki jasa atau punya relasi baik dengan umat-Nya. TUHAN menghargai siapapun yang memberkati atau menjadi jalan berkat bagi umat-Nya.

Penerapan:
(1) Tidak memandang enteng waktu ibadah bersama-sama dengan umat Tuhan yang lain–di greja maupun dalam perkumpulan ibadah yang lain. Bersikap layak, bersikap hormat, dan menjaga kekudusan dalam mengikuti ibadah.
(2) Secara khusus memutuskan relasi sama sekali dengan mereka yang pernah merancangkan kecelakaan, mengutuki, dan menjadi penyebab kesesatan yang mendatangkan murka Tuhan dalam hidup saya.

Views: 11

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Ulangan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *