Jalan Masuk ke Dalam Kerajaan Allah

Markus 12:28-34

Ada yang berbeda pada seorang ahli Taurat yang datang kepada Yesus untuk mengajukan pertanyaan. Ia sudah hadir di situ, mendengarkan bagaimana Yesus berdebat dengan para ulama/pemimpin Yahudi, dan ia (dengan jujur) mengerti/menilai bahwa Yesus menjawab semua pertanyaan dengan baik. Sang ahli Taurat bertanya kepada Yesus: “Hukum manakah yang paling utama?” (ayat 28). Ahli Taurat bangsa Yahudi menngidentifikasi ada 613 hukum/ketetapan Tuhan, terdiri dari 365 larangan dan 248 perintah. ahli Taurat ini ingin mengetahui pendapat Yesus tentang satu hukum yang yang paling utama atau paling fundamental, yang menjadi alasa dan pengikat bagi semua hukm-hukum yang ada.

Yesus menjawab dengan mengutip Shema. Shema atau kredo atau pengakuan iman ini diucapkan setiap pagi dan sore oleh umat Tuhan yang saat beribadah. “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” (ayat 29; Ulangan 6:4). Ini merupakan dasar keimanan umat Tuhan, yaitu pengakuan bahwa TUHAN itu adalah Allah umat-Nya, Allah yang mengikat perjanjian dengan umat-Nya; dan TUHAN itu esa–hanya satu-satunya, unik. TUHAN itu tidak sama dengan allah-allah yang disembah oleh bangsa-bangsa lain, bahkan bangsa yang monoteistik. Hanya ada satu Allah, yaitu TUHAN-nya Israel. Yang lain itu bukan Allah, yang lain itu allah palsu; yang lain itu kalau bukan buatan manusia ya roh-roh kegelapan yang adalah musuh TUHAN.

Kemudian Yesus mengutip dari Taurat lagi: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (ayat 30; Keluaran 6:5). Hukum pertama adalah: mengasihi Allah dengan seluruh totalitas seseorang. Mengasihi, bukan hanya melakukan ritual agama, bukan menepati hukum/aturan, bukan memberi persembahan–karena orang isa melakukan semua aktivitas itu tanpa hati yang mengasihi Tuhan. Kasih ini harus melibatkan seluruh aspek hidup seseorang: hati, jiwa, akal budi (pikiran), dan kekuatan (potensi fisik dan mental). Dan kasih ini dilakukan dengan segenap (holos: semua, komplit, seluruhnya) eksistensi manusia, tidak asal-asalan, tidak sembarangan, tetapi penuh kesungguhan.

Selanjutnya, Yesus mengatakan hukum kedua sebagai: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (ayat 31; Imamat 19:18). Hukum yang kedua adalah mengasihi sesama manusia, sikap hati keluar dari egoisme dan keberpusatan kepada diri sendiri, tetapi yang mengarahkan perhatian kepada kebaikan dan kesejahteraan sesama manusia. Dalam catatan Matius, ada tambahan kalimat: “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 22:40).

Respons ahli Taurat itu berbeda dengan orang-orang yang sebelumnya datang mencobai Yesus. Pertama-tama, ia memuji Yesus sebab memberikan jawaban yang tepat–ini berarti bahwa ia sendiri memiliki pendapat/pemikiran yang sama dengan Yesus. Kemudia ia memberikan konfirmasi/persetujuan kepada jawaban Yesus dengan menyatakan bahwa mengasihi Tuhan dan mengasihi manusia itu “jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” (ayat 33).

Yesus melihat betapa bijaksana jawaban (pendapat) ahli Taurat itu, sehingga Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” (ayat 34). Yesus melihat bahwa orang ini sudah berada di “jalur yang benar” kepada Kerajaan Allah, karena ia memahami esensi dari hukum-hukum Tuhan di dalam Kitab Suci dan dia memiliki pandangan yang benar mengenai agama. Namun demikian, Yesus tidak mengatakan bahwa orang ini sudah masuk ke dalam Kerajaan Allah, melainkan “tidak jauh” dari Kerajaan Allah–hanya tinggal satu saja: iman/percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Itu yang akan membuatnya masuk ke dalam Kerajaan Allah!

Ada orang-orang yang hatinya tulus mencari Tuhan dan memiliki pengertian/pemahaman yang benar mengenai perkara-perkata rohani dan bagaimana hidup sebagai umat Tuhan. Tetapi, sedalam apapun pengertian dan isight-nya, setulus apapun hatinya untuk mencari dan mencintai Tuhan yang dikenalnya dari Kitab Suci, namun kunci masuk ke dalam Kerajaan Allah hanya satu: iman kepada Yesus sebagai Mesias. Tanpa iman ini, orang tetap tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8,9).

Penerapan:
(1) Bersyukur kepada Tuhan oleh karena Ia telah memutuskan untuk memberikan anugerah keselamatan kepada saya melalui Tuhan Yesus. Bersyukur karena Tuhan telah menarik saya, membuat saya mendengar berita Injil, dan mendorong saya untuk percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadi saya.
(2) Mendoakan orang-orang di sekitar saya yang tulus mencari Tuhan, tulus berusaha untuk hidup benar di hadapan Tuhan, agar mereka menerima keselamatan dalam iman kepada Tuhan Yesus.

Views: 6

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *