Hukum Tuhan dan Tradisi Manusia

Markus 7:1-13

Konflik Yesus dengan para pemuka agama Yahudi seringkali dipicu oleh sikap Yesus yang tidak mengikuti tradisi atau adat-istiadat yang dibuat oleh nenek moyang orang Yahudi. Yesus tidak pernah digugat karena melanggar Hukum Allah, tetapi karena melanggar tradisi. Bahkan dalam catatan Yohanes, Yesus pernah menantang: “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yohanes 8:46), dan tak seorangpun–termasuk para ulama yang sangat membenci Dia–bisa menunjukkan pelanggaran Yesus terhadap Firman/Hukum Allah.

Dalam bagian ini, dicatat ada beberapa orang Farisi dan Ahli Taurat yang datang dari Yerusalem dan berkumpul di sekitar Yesus. Mereka melihat beberapa murid makan dengan tangan tanpa mencucinya dulu secara seremonial. Markus menambahkan keterangan: tradisi nenek moyang Yahudi mengharuskan untuk mencuci tangan secara seremonial sebelum makan, juga ketika mereka datang dari perjalanan, termausk ritual mencuci cawan, kendi dan perlangkapan lainnya.

Melihat pelanggaran tradisi itu oleh para murid, mereka bertanya kepada Yesus mengapa murid-murid tidak hidup menurut adat-istiadat nenek moyang. Kritikan itu justru membuat Yesus balik mengecam mereka dengan mengatakan bahwa para ulama itu lebih mentaati tradisi nenek moyang yang adalah buatan manusia, tetapi tidak mentaati Firman Allah. Mengutip nubuatan Nabi Yesaya: “Perintah Allah kamu abaikanuntuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (ayat 8).

Yesus kemudian menunjukkan salah satu praktik di mana adat-istiadat digunakan sebagai alasan atau celah untuk tidak mentaati Perintah Allah, di mana tradisi mengatur kalau harta seseorang sudah didedikasikan untuk persembahan, maka seseorang tidak boleh menggunakan harta itu untuk menolong orangtuanya sendiri yang membutuhkan, padahal Perintah Allah sangat jelas mengatakan bahwa seseorang harus menghormati ayah dan ibunya.

Yesus menyebut sikap para ulama itu sebagai kemunafikan. Sepertinya mereka melakukan ketaatan kepada Allah dengan membuat berbagai macam aturan, radisi, dan adat yang memrupakan aplikasi dari Firman Tuhan, tetapi aturan-aturan itu justru kemudian dipakai sebagai celah untuk melanggar Firman Tuhan: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku” (ayat 6).

Penerapan:
Terus tekun membaca dan merenungkan firman Tuhan supaya bisa mengerti kehendak Tuhan, sehingga tidak tersesat membuat atau mengikuti aturan buatan manusia yang bertentangan dengan kebenaran Tuhan.

Views: 658

This entry was posted in Markus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *