Pondasi Hikmat Illahi

Mazmur 111:1-10

Permulaan (reshiyth: hal yang pertama, yang utama/terpenting, pondasi) hikmat (chokmah: skillful, wisdom, wisely, wit, bijaksana) adalah takut (yirah: morally reverence, hormat/takut secara moral, hormat/takut kepada standar moralitas) akan TUHAN. Mereka yang melakukan itu, yaitu takut akan TUHAN, akan memiliki akal budi (sekel: understanding, intelligence, good sense, insight, prudence, akal budi, akal sehat, kehati-hatian, tidak sembrono).

Untuk mendapatkan hikmat Illahi, dimulai dengan sikap takut/hormat kepada TUHAN, yaitu sikap menghormati dan takut melanggar standar moral yang ditetapkan oleh TUHAN. Dan sikap takut kepada TUHAN ini ditumbuhkan dari kebiasaan untuk merenungkan perbuatan-perbuatan TUHAN. “Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang” (ayat 2). Diselidiki (darash: dicari, ditanyakan, dipelajari).

Karena memang TUHAN menjadikan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib itu sebagai peringatan (ayat 4). TUHAN menghendaki agar perbuatan-perbuatan-Nya itu diingat, tidak dibiarkan berlalu begitu saja, tetapi untuk diingat (zeker: a memento, kenang-kenangan, diingat sebagai memorial). Memento/kenang-kenangan adalah obyek yang membuat orang mengingat kembali, mengenang kembali apa atau siapa di masa lampau. Ketika obyak itu dimusnahkan, maka itu menjadi simbol tetapi juga tindakan praktis untuk melupakan apa/siapa; sebaliknya, ketika obyek itu disimpan, dirawat, dan direnungkan, maka itu tindakan poraktis untuk tidak melupakan.

Perbuatan-perbuatan TUHAN mencerminkan sifat-sifat TUHAN, yaitu: kesetiaan kepada perjanjian (ayat 5), kekuatan/kekuasaan atas bangsa-bangsa (ayat 6), kebenaran/keadilan yang teguh/tak berubah dan kekal/berlaku untuk selamanya (ayat 7-8), kekudusan yang tidak berkompromi kepada dosa (ayat 9). Ingat dan renungkan perbuatan TUHAN, ingat dan renungkan peristiwa di mana TUHAN bekerja, dan pikirkanlah sifat TUHAN yang tercermin di sana, kemudian pikirkan bagaimana kamu akan hidup bersadar apa yang dimengerti–itulah hikmat Illahi.

Penerapan:
Meneruskan kebiasaan untuk mengingat dan memikirkan perbuatan Tuhan, supaya bisa mengerti sifat-sifat Tuhan, dan menumbuhkan sikap takut/hormat kepada Tuhan.

Views: 7

This entry was posted in Mazmur, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *