Tertipu oleh Hoax

Yosua 9:1-27

Ada dua reaksi terhadap berita kemenangan Israel atas Yerikho dan Ai: (1) sebagian raja-raja Kanaan (Het, AMori, Kanaan, Feris, Hewi, dan Yebus) bergabung seia sekata untuk memerangi Yosua dan orang Israel; (2) orang Gibeon bertindak menggunakan akal (tipu muslihat) untuk bisa selamat dari kehancuran karena serangan Israel. Tantangan atas pekerjaan Tuhan muncul dalam beberapa bentuk: ada konfrontasi keras, ada pula dengan tipu muslihat yang halus. Seringkali, cara yang halus ini yang menjatuhkan umat Tuhan.

Orang-orang Gibeon sadar mereka pasti akan kalah; karena itu, mereka memakai tipu muslihat untuk menyelamatkan diri. Berbohong tentang siapa mereka, bersikap merendahkan diri, memuji-muji Yosua dan Israel, membuat cerita bohong yang mengharukan. Tujuannya untuk mengikat perjanjian dengan Israel: perjanjian bahwa mereka tidak akan dibinasakan oleh Israel.

Lalu orang-orang Israel mengambil bekal orang-orang itu, tetapi tidak meminta keputusan TUHAN” (ayat 14). Keyakinan diri dan iman yang terbangun karena mengalami kemenangan membuat Israel lengah: mereka hanya mempertimbangkan informasi yang mereka terima (padahal informasinya itu palsu) dan tidak meminta keputusan TUHAN! Merasa bisa mengambil keputusan sendiri berdasar “fakta”, akal, dan pertimbangan sendiri. Bentuk pelanggaran kepada prinsip Amsal 3:5,6.

Tiga hari kemudian (padahal orang Gibeon berkata bahwa negeri mereka sangat jauh–ayat 9, 12, 13), Israel mengetahui bahwa mereka sudah ditipu oleh orang-orang itu. Mereka tinggal sangat dekat, bahkan diam di tengah-tengah bangsa Israel. Fakta/kebenaran yang sangat dekat di depan mata, bisa tertutup oleh kebohongan; dan Israel tidak menyadarinya. Betapa terbatasnya indera dan pikiran manusia–tidak bisa diandalkan, terlau mudah dikelabui. Tetapi mata TUHAN tidak bisa ditipu!

Yosua dan para pemimpin melarang pasukan Israel menyerang mereka–sebab mereka sudah terlanjur mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan kalau mereka melanggar perjanjian itu, maka murka TUHAN akan menimpa bangsa Israel. Ada kalanya, di dalam ketidaktahuan dan ketidaktaatan, umat Tuhan membuat perjanjian di hadapan Tuhan. Perjanjian itu harus ditepati, sebab melanggarnya berarti mencemarkan nama Tuhan. “TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? … yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi.” (Maz 15:1,4).

Penerapan:

  1. Doakan dan tanyakan kepada Tuhan keputusan-keputusan penting yang harus diambil. Jangan hanya mengandalkan informasi yang diperoleh dan hasil analisis sendiri. Sebab indera dan pikiran manusia sangat terbatas, bisa mudah dikelabuhi.
  2. Kalau sudah terlanjur membuat perjanjian. Harus menepati perjanjian itu, sekalipun perjanjian itu dibuat gara-gara kita dibohongi atau kita dijebak. Akui hal itu sebagai dosa karena tidak melibatkan Tuhan, tetapi tetap harus menepatinya, minta Tuhan memberi kemampuan untuk setia.

Views: 6

This entry was posted in Perjanjian Lama, Refleksi, Yosua. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *