Hukum Taurat dan Orang Percaya

Matius 5:17-20

Hukum Taurat tidak dibatalkan, tetapi digenapi oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menegaskan bahwa sampai bumi dan langit berlalu, satu karakter atau titikpun dalam Hukum Taurat tidak akan ditiadakan sampai semuanya terjadi. Bagaimana Tuhan Yesus menggenapi Hukum Taurat? Dengan melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat (ayat 19).

Lalu apa makna tindakan-tindakan Tuhan Yesus yang dinilai sebagai pelanggaran Hukum Taurat? Sepanjang catatan dalam Injil, hanya beberapa tindakan Tuhan Yesus yang dikecam karena dianggap melanggar Hukum Taurat: Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, Ia membiarkan murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat. Yohanes mencatat “Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat,” (Yohanes 5:16).

Tuhan Yesus justru menerapkan standar yang lebih tinggi daripada Hukum Taurat, karena Tuhan Yesus tidak berhenti kepada ekspresi lahiriah, melainkan kepada sikap hati seseorang–karena dari dalam hati seseorang lahir semua tindakan eksternalnya. Tuhan Yesus menuntut religiositas yang lebih tinggi daripada religiositas lahiriah sebagaimana dilakukan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (ayat 20).

Setelah Pentakosta, ketika bangsa-bangsa bukan Yahudi mendengar Injil dan menjadi percaya, dalam pimpinan Tuhan para Rasul menetapkan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi tidak diwajibkan untuk mentaati hukum taurat supaya diselamatkan. Keselamatan itu karena iman kepada Kristus, bukan karena mentaati hukum Taurat. Paulus menulis: “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat,” (Galatia 5:18).

Pertanyaannya kemudian: di mana posisi Perjanjian Lama dalam hidup orang percaya? Paulus menulis kepada Timotius: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik,” (2 Timotius 3:16-17).

Alkitab adalah firman Tuhan! Semua yang tertulis di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, diberikan untuk memperlengkapi orang percaya agar hidup benar di hadapan Tuhan. Alkitab adalah sarana bagi orang percaya untuk mendengarkan Tuhan, untuk memahami standar moralitas Tuhan yang digunakan sebagai pedoman kehidupan. Demikian juga, Hukum Taurat bukan diletakkan sebagai hukum yang berlaku atas hidup orang percaya, tetapi sebagai sarana mengenal standar moralitas Tuhan.

Views: 24

This entry was posted in Matius, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *