Hidup Oleh Iman

Roma 1:1-17

Paulus memulai suratnya dengan menjelaskan siapa dirinya (ayat 1-6): (a) Paulus adalah hamba Yesus Kristus, dipanggil sebagai rasul, dikhususkan bagi Injil Allah; (b) Injil Allah–yang berisi tentang Anak Allah–sudah dijanjikan sebelumnya melalui para nabi di dalam Kitab Suci; (c) Anak Allah itu adalah keturunan Daud secara daging, dan Anak Allah di dalam Roh melalui kebangkitannya dari antara orang mati, yaitu Tuhan Yesus Kristus; (d) Melalui Dia, Paulus menerima anugerah dan kerasulan untuk membawa kebenaran iman demi NamaNya di antara bangsa-bangsa, termasuk orang Roma.

Salam dan doa Paulus bagi jemaat di Roma (ayat 7-10): Berkat kasih karunia dan damai sejahtera untuk jemaat Roma. Paulus bersyukur untuk jemaat, sebab iman mereka sudah diberitakan ke seluruh dunia. Paulus tidak berhenti menyebut jemaat Roma dalam doanya, meminta agar entah bagaimana caranya, di dalam kehendak Allah Paulus dapat berhasil datang ke Roma. Keinginan Paulus: (a) membagikan beberapa karunia rohhani untuk menguatkan jemaat, dan saling dikuatkan dalam iman antara Paulus dan jemaat; (b) memetik panen di antara orang Roma sebagaimana di antara orang bukan Yahudi lainnya. Karena Paulus diberi tanggungjawab untuk memberitakan Injil kepada semua orang.

Keyakinan Paulus tentang Injil (ayat 16-17): Paulus tidak malu karena Injil Kristus, karena Injil adalah kekuatan (kuasa) Allah untuk menyelamatkan semua orang yang memiliki iman, pertama-tama orang Yahudi, kemudian Yunani. Karena di dalam Injil kebenaran Allah dinyatakan melalui iman untuk iman, seperti tertulis dalam Hab 2:4 “Orang benar akan hidup oleh iman

For in it the righteousness of God is revealed from faith to faith; as it is written, “BUT THE RIGHTEOUS man SHALL LIVE BY FAITH.” (Rom 1:17 – NASB). Orang percaya dibenarkan dan mendapat hidup melalui iman. Orang percaya menjalani dan mengakhiri hidupnya sebagai orang benar dengan iman. Benar, bahwa orang percaya harus berjuang di dalam hidupnya–tetapi bukan dengan kekuatannya sendiri, tetapi dengan berlandaskan iman kepada kekuatan Allah. Implikasinya, orang percaya harus tekun berdoa meminta kekuatan Tuhan untuk dapat menjalani hidupnya: berdoa untuk semua aktivitas, kebutuhan, kekuatiran, masalah, dan tugas yang harus dilakukan.

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Roma. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *