Tujuannya Adalah Kekudusan

Kebaktian Minggu GKJ Karanganyar

Yang Tuhan inginkan adalah: kekudusan umat-Nya. Kuduslah kamu bagiku, sebab Aku ini kudus. Bukan sejahtera, bukan bahagia, bukan berkecukupan, bukan sukses, bukan berreputasi, bukan menang, bukan tanpa masalah, bukan semuanya … tetapi kuduslah kamu!

Sekalipun kamu menjalani disiplin Tuhan dengan tekun, taat pada pembatasan yang ada, menahan diri tidak melakukan yang kauinginkan, berpuasa, berjuang, berusaha … tetapi kalau semua itu tidak dalam bingkai menuju dan mengejar kekudusan, semuanya tidak berguna–hanya mendapat susahnya, hanya mendapat bebannya; tetapi tidak mencapai apa yang Tuhan inginkan: kekudusan hidup.

Sekalipun kamu membayar semua hutangmu, mengembalikan semua yang kauambil, mengganti rugi sampai 4 kali lipat, melimpahi keluargamu dengan harta sebagai bukti tanggung jawabmu … tetapi kalau tidak dalam bingkai kekudusan; maka tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Mungkin memuaskan hatimu, mungkin memuaskan hati keluargamu, tetapi apakah itu memuaskan hati Tuhan?

Matius 20:1-16

“Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Matius 20:15,16).

Ya Tuhan, biarlah saya dan keluarga saya mengalami kemurahan Tuhan–bukan transaksional sesuai dengan apa yang sudah kami lakukan untuk Tuhan, tetapi benar-benar hanya kerena kemurahanMu saja. Kalau transaksional, kami hanya akan mendapatkan apa yang sepadan dengan usaha kami; tetapi kalau berdasar kemurahaMu, kami akan memperoleh jauh lebih besar daripada usaha kami.

Sebab Engkau adalah Bapa kami, Engkau adalah Allah kami, Engkau adalah Tuhan kami–Allah yang mengasihi kami, yang sudah menunjukkan kasihMu dengan kematian AnakMu di kayu salib. Sebab Engkau adalah Allah yang murah hati, sangat murah hati! HatiMu berlimpah dengan kasih sayang dan kemurahan. Burung dan rumput yang tidak bekerja, Engkau memelihara mereka.

Saya tahu bahwa kami harus bekerja keras. Saya tahu bahwa kami harus berhemat. Saya tahu bahwa kami harus terus mencari peluang. Tetapi, saya tahu juga bahwa kami bisa berharap kepada belas kasihan dan kemurahanMu! Saya tahu juga bahwa kami bisa berharap kepada kuasaMu! Saya tahu juga bahwa kami bisa berharap kepada keajaibanMu! Sebab Engkau yang membelah laut, menurunkan manna dari langit, memancarkan air dari batu karang, tepung dan minyak yang tak pernah habis, lima roti dan dua ikan untuk 5.000 orang, jala yang ditebar menghasilkan ikan melimpah.

Tuhan, ijinkan kami mengalami kasih sayangMu dan kemurahanMu dalam dalam bentuk berkat yang berlimpah-limpah atas keluarga kami, agar semua tanggung jawab keuangan bisa kami penuhi. Bukan sebagai alasan kami tidak berusaha atau berjuang, bukan karena kami ingin menghindar dari disiplin Tuhan. Tetapi sebagai jalan agar kami sungguh-sungguh mengalami bahwa kuasaMu, kemurahanMu, berkatMu, dan pengampunanMu itu yang menjadi sumber pemeliharaan kami–dan bukan usaha kami sendiri.

PerintahMu yang mendatangkan berkat! Semalaman mereka menjala ikan dan hasilnya kosong. Tetapi, ketika Engkau memerintahkan untuk menebar jala, hasilnya begitu melimpah! Perbedaan antara kegagalan dan keberhasilan adalah: firmanMu! Sungguh kami hidup bukan dari roti (hasil usaha kami), tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulutMu!

Bukan masalah cara atau metode. Tetapi masalah ketaatan. Para nelayan itu melakukan apa yang benar: pergi ke laut, menebar jala, memakai semua teknik yang mereka ketahui. Tuhan mengijinkan semua usaha itu gagal karena Ia ingin menunjukkan bahwa Dialah Tuhan! Dialah sumber berkat dan keberhasilan.

Tolonglah kami agar kami melihat bahwa Tuhan memperlakukan kami secara berbeda dari orang yang tidak mengenal Engkau. Sebab Engkau Tuhan kami, dan kami adalah umatMu. Sebab Engkau adalah Bapa kami, dan kami adalah anak-anakMu. Sebagaimana Engkau mengadakan pembedaan antara Mesir dan Israel, mari tunjukkanlah perbedaan perlakukanMu atas kami. Supaya kami tahu bahwa Engkaulah Allah, Bapa kami, Tuhan kami. Supaya semua orang tahu bahwa Engkaulah Allah yang benar.

Tolonglah agar kami mendengar suara Tuhan. Agar kami tidak menjadi panik dan kebingungan, agar kami tidak dikacaukan oleh kecemasan dan kekuatiran kami. Tolong agar hati dan telinga kami menangkap firman Tuhan, supaya kami bisa mentaatiMu, melakukan sesuatu karena Tuhan yang memerintahkan–karena kami tahu, bahwa ketaatan kepada firmanMu yang membawa kami kepada berkat yang Kausediakan.

Views: 7

This entry was posted in Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *