Tuhan Tahu Sifat Asli Manusia

Yohanes 2:13-25

Hati Yesus dipenuhi dengan kecintaan kepada Bapa-Nya, dan kecintaan itu mendorong Yesus untuk berbuat sesuatu. Sementara hati manusia itu dipenuhi dengan kepentingan diri sendiri dan kejahatan. Tuhan mengetahui sifat dan isi hati yang seberanya dari seseorang. Tidak ada orang yang bisa mengelabuhi Tuhan. Tidak ada orang bisa berpura-pura baik atau melakukan pencitraan di hadapan Tuhan!

Menjelang Paskah, Yesus berangkat ke Yerusalem. Ini Paskah pertama setelah Ia mulai melayani. Yesus melindapati para pedagang di dalam Bait Allah, Ia membuat cambuk dari tali dan mengusir mereka; mengamburkan uang dan membalikkan meja-meja penukar uang. Kepapa pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semua dari sini, jangan membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” (Yoh 2:16).

Reaksi para murid-Nya: mereka teringat kepada salah satu ayat dari Maxmur 69:9, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Murid-murid melihat bahwa rasa cinta yang berkobar-kobar kepada Bait Allah yang mendorong tindakan Yesus. Ada semangat dan passion yang luar biasa kuat kepada Bait Allah, yang membuat Yesus tidak bisa diam dan tidak berbuat apa-apa. Tuhan tidak berkenan kepada ibadah dan pelayanan yang dicemari dengan kepentingan dagang.

Reaksi orang-orang Yahudi: menantang Yesus. Mereka meminta Yesus memberi suatu tanda ajaib sebagai dasar otoritas/legitimasi tindakan Yesus. Yesus menjawab tanda yang diberikan adalah: hancurkan Bait Allah, maka Yesus akan membangunnya kembali dalam waktu 3 hari. Yang dimaksudkan adalah: kematian-Nya dan kebangkitan-Nya pada hari yang ketiga. Setelah Ia bangkit, murid-murid teringat kepada perkataan Yesus itu, dan mereka menjadi percaya kepada Kitab Suci dan kepada perkataan Yesus.

Selama Yesus di Yerusalem dalam Perayaan paskah itu, banyak orang melihat tanda-tanda ajaib yang dilakukan-Nya, dan percaya kepada nama-Nya. Tetapi Yesus tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, sebab Ia tahu sifat manusia. Yesus tidak perlu menerima penjelasan mengenai sifat manusia. Ia sudah mengetahui sifat manusia. Tuhan tidak memerlukan penjelasan tentang isi hati saya atau motivasi saya atau–Ia tahu semuanya! Saya tidak bisa berbohong atau mengelabuhi Tuhan.

Lalu, bagaimana saya harus bersikaop di hadapan Tuhan yang Mahatahu? Saya tidak bisa berpura-pura, karena tidak ada yang bisa saya tutupi dari Tuhan. Saya hanya bisa berharap kepada belas kasihan dan kemurahan Tuhan, karena saya tidak bisa membuat kesan baik atau melakukan pencitraan di hadapan-Nya.

Saya justru meminta Tuhan untuk menolong agar saya memahami diri saya sendiri, dan meminta Tuhan menolong agar saya dipimpin ke jalan yang benar: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! (Maz. 139:23-24).

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Yohanes. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *