Mujizat-Nya Mengatasi Persoalan

Yohanes 2:1-11

Ya, Tuhan mendengar doa umat-Nya. Ya, Tuhan penuh dengan kasih karunia dan kemurahan. Tetapi, Tuhan tidak diatur oleh permintaan manusia. Tuhan bekerja secara otonom dengan otoritas penuh: apakah akan melakukan atau tidak, kapan dan bagaimana cara melakukan–semuanya adalah otoritas Tuhan. Sikap umat Tuhan mestinya adalah: meminta dengan iman, lalu menunggu dan mendengarkan perkataan Tuhan.

Yesus dan 6 murid-Nya tiba di Galelia. Pada hari ke-3, ada perkawinan di Kana, Maria ada di situ. Yesus dan murid-murid-Nya juga diundang ke sana. Terjadi kekurangan (bukan kehabisan) anggur, persediaan anggur diperkirakan tidak cukup sampai pesta berakhir. Kalau sampai anggur itu habis, maka itu merupakan hal yang memalukan bagi mempelai laki-laki yang menjadi tuan rumah pesta itu.

Maria, Ibu Yesus, memberitahu Yesus bahwa anggurnya habis. Dan kemudian memberitahu para pelayan-pelayan agar mengikuti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka. Mengapa Maria melakukan ini? Apakah ia sudah tahu bahwa Yesus bisa melakukan mujizat? Maria sudah tahu bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi selama 30 tahun ini Yesus belum melakukan apa-apa sebagai Mesias. Ia hidup sebagai anggota keluarga–dan mungkin kepala keluarga (karena Ia anak sulung) setelah Yusuf meninggal.

Mungkinkah, selama 30 tahun Yesus hidup di tengah keluarga-Nya di dunia ini, Ia menunjukkan tanggung jawab dan karakter sebagai Pribadi yang bisa diandalkan, yang selalu bisa mengatasi masalah keluarga–sehingga Maria secara wajar datang kepada-Nya ketika ada masalah untuk dipecahkan? Mungkin Maria tidak mengharap terjadi mujizat, tetapi mengharap Yesus melakukan sesuatu untuk membantu penyelenggara pesta itu. Maria sangat yakin bahwa Yesus akan melakukan sesuatu–apapun itu, sehingga ia berkata kepada para pelayan agar mengikuti perkataan Yesus.

Yesus menjawab permintaan Maria dengan: saat-Nya belum tiba. Sekalipun ada permintaan kepada Yesus untuk melakukan sesuatu, sekalipun permintaan itu dari ibu-Nya sendiri, sekalipun permintaan itu disertai dengan iman dan keyakinan yang besar, tetapi keputusan untuk melakukan sesuatu itu adalah otoritas Tuhan!

Yesus tidak melakukan ritual atau cara yang aneh. Ia hanya memerintahkan agar pelayan mengambil air tempayan pembasuhan (cuci tangan) dan membawanya kepada pemimpin pesta. Ketika pemimpin pesta mencicipnya, air itu sudah menjadi anggur, anggur yang kualitasnya lebih baik daripada yang sebelumnya disajikan. Kuasa Yesus menghasilkan sesuatu perubahan ekstrim yang seharusnya memerlukan bahan, proses, dan waktu yang panjang. Dan Ia melakukannya dalam sekejap mata!

Mujizat ini adalah yang pertama kali dilakukan Yesus. Yesus menyatakan kemuliaan-Nya kepada dunia, dan itu membuat murud-murid-Nya percaya kepada-Nya. Benar, mujizat itu untuk menyelesaikan masalah yang ada; tetapi tidak hanya itu. Mujizat itu adalah cara Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya, agar orang menjadi percaya kepada-Nya.

Tuhan itu berkuasa melakukan perkara-perkara yang ajaib dan mustahil! Ia mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, yang mendatangkan kesukaan besar. Ia mau terlibat dalam persoalan yang dihadapi umat-Nya untuk memberikan pertolongan. Ia mendengarkan permintaan dan doa umat-Nya. Tetapi, Tuhan juga Raja yang berdaulat dan berotoritas penuh. Ia tidak bisa diatur, Ia bekerja menurut waktu dan cara-Nya sendiri, sesuai dengan kehendak-Nya!

Sikap kepada Tuhan terkait dengan doa dan permintaan: (1) membawa semua masalah kepada-Nya, sebab Ia setia, berkuasa, dan bisa diandalkan; (2) meminta dengan iman bahwa Tuhan akan bekerja; (3) meminta dengan rendah hati dan dengan pengakuan akan otoritas-Nya, karena tidak bisa dan tidak berhak untuk mengatur Tuhan; (4) menunggu dan mentaati perkataan-Nya.

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Yohanes. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *