Tuhan Mendisiplin Hamba-Nya

Bilangan 20:1-29

Menjelang akhir masa 40 tahun pengembaraan di padang gurun, tragedi terjadi atas hidup Miriam, Harun, dan Musa. Kejadian yang menyebabkan mereka tidak bisa masuk ke tanah perjanjian. Miriam mati, Musa dan Harun dihukum Tuhan tidak akan masuk ke Kanaan, dan Harun mati di Gunung Hor. Tuhan menuntut sikap yang benar dari hamba-Nya ketika mereka melakukan pelayanan kepada Tuhan dan untuk umat Tuhan.

Di Kadesh, Gurun Zin, terjadi krisis air. Umat berklumpul dan menentang Musa. Mereka bertengkar dengan Musa dengan menyesali mereka dikeluarkan dari Mesir, menyesali mereka tidak mati saja, menyesali karena harus menghadapi kesulitan itu. Musa dan Harun bersujud di hadapan Tuhan, dan Tuhan memerintahkan agar Musa membawa tongkatnya lalu berkata kepada batu karang di hadapan umat Israel, maka air akan keluar dari batu karang itu.

Musa mengumpulkan umat Israel di depan batu karang. Musa marah kepada umat itu dan menyebut mereka sebagai pemberontak; Musa juga menyatakan kalimat yang negatif: apakah dia harus mengeluarkan air dari batu karang itu untuk mereka. Tuhan memerintahkan Musa agar berkata kepada batu karang, tetapi di dalam emosinya, Musa memukulbatu karang itu dengan tongkat dua kali. Air memancar keluar, dan Israel minum air itu beserta denganternak mereka.

Tetapi, Tuhan tidak berkenan kepada sikap Musa dan Harun. Tuhan mengatakanbahwa mereka kepercayaan mereka kepada Tuhan tidak cukup kuat, sehingga mereka tidak menghormati kekudusan Tuhan di hadapan umat Israel. Karena itu, Tuhan menetapkan bahwa Musa dan Harun tidak akan memimpin umat itu masuk ke tanah perjanjian. Mujizat itu tetap terjadi, air itu tetap memancar dari batu karang, kuasa Tuhan tetap berlaku; tetapi Tuhan tidak berkenan kepada sikap Musa dan Harun.

Tidak ada catatan tentang bagaiman respons Musa dan Harun ketika mereka mendengar hukuman yang Tuhan jatuhkan atas mereka. Catatan kitab Bilanganlangsung melompak kepada peristiwa di mana Musa meminta ijin kepada Raja Edom untuk lewat di wilayah Edom. Tetapi Raja Edom menolak untuk memberi ijin kepada Israel.

Sampai di Gunung Hor, Tuhan berkata bahwa tiba saatnya Tuhan memanggil Harun. Tuhan mengulangi firman-Nya: Harun tidak akan masuk ke tanah Kanaan karena mereka memberontak kepada perintah Tuhan di Meriba. Tuhan memerintahkan agar dilakukan penyerahan kedudukanImam Besar dari Harun kepada Eleazar. Mereka bertiga naik ke Gunung Hor disaksikan seluruh umat Israel. Setelah Musa mengenakan pakaian Imam Besar kepada Eleazar, Harun mati di sana.

Betapa hanya Tuhan yang layak untuk dimuliakan. Sehebat apapun seorang hamba Tuhan, sebesar apapun pengorbanan dan pengabdian yang sudah ia berikan, sehebat apapun pengalaman dan mujizat yang dilakukan Tuhan melalui dirinya, seorang hamba tetaplah seorang hamba. Tuhan yang berdaulat, Tuhan yang memegang kendali, Tuhan yang berada di posisi tertinggi. Tuhan berhak untuk mendisiplin hamba-Nya yang kedapatan tidak sepenuhnya taat kepada Tuhan.

Kuasa Tuhan tidak terbatas. Kuasa Tuhan mengatasi kemustahilan. Air tetap memancar keluar dari batu karang, karena Tuhan dimuliakan melalui pekerjaan-Nya di hadapan umat-Nya. Tetapi, Tuhan menuntut tanggung jawab dari hamba yang dipakai-Nya. Tuhan menuntut sikap yang benar, sikap yang menghormati Tuhan, sikap yang memuliakan Tuhan di hadapan umat Tuhan.

Musa dan Harun melayani Tuhan dan umat Tuhan dengan sikap yang tidak benar. Ada kemarahan di dalam hati mereka, ada kejengkelan kepada sikap umat Tuhan, sehingga mereka melontarkan kata-kata yang negatif kepada umat Tuhan. Kemarahan itu membuat Musa dan Harun tidak taat kepada Tuhan di hadapan umat Tuhan. Sikap Musa dan Harun menjadi batu sandungan, karena mereka tidak menghormati kekudusan Tuhan.

Views: 7

This entry was posted in Bilangan, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *