Kisah Para Rasul 16:1-12
Ada 3 tujuan perjalanan Paulus: untuk menyampaikan keputusan sidang jemaat Yerusalem, untuk meneguhkan iman jemaat yang sudah dirintis di berbagai kota, dan untuk memulai penginjilan ke daerah yang baru. Dalam semua aktivitas itu, Paulus harus mengambil berbagai keputusan, dan Paulus mengalami pimpinan Roh Kudus dalam proses tersebut.
Pimpinan Roh Kudus melalui pertimbangan akal sehat. Keputusan Paulus untuk membawa Timotius, didasarti oleh pemikiran akal sehat: ada kebutuhan pembantu pelayanan, Timotius memiliki kesaksian yang baik. Keputusan untuk menyunat Timotius juga berdasar akal sehat, supaya tidak menjadi batu sandungan bagi orang percaya yang lain–sekalipun Paulus yakin bahwa sunat bukan jalan keselamatan.
Paulus membuat beberapa rencana perjalanan untuk masuk ke Asia dan Bitinia. tetapi Roh Kudus mencegah dan tidak mengijinkan mereka. Perencanaan itu berdasar akal sehat, pikiran yang strategik; namun ditundukkan di bawah otoritas Tuhan. Bagaimana Paulus dan Silas tahu bahwa Roh Kudus mencegah mereka? Apakah dengan peristiwa-peristiwa tertentu sehingga menutup pintu untuk pergi ke sana? Atau dengan pernyataan Roh Kudus yang lain? Apapun cara yang dipakai Tuhan, Paulus dan Silas tunduk, dan menerima bahwa itu bentuk pimpinan Roh Kudus.
Sampai di Troas, Tuhan yang berinisaitif untuk menyuruh Paulus menyeberang ke Makedonia. Melintas dari benua Asia ke Eropa. Melalui penglihatan di malam hari, Paulus dan Silas menyimpulkan bahwa Tuhan memanggil mereka untuk memberitakan Injil ke sana. Agaknya semula tidak ada rencana untuk menyeberang, karena baru setelah ada penglihatan itu, mereka segera mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia.
Tuhan memimpin melalui berbagai cara: (1) memimpin melalui akal sehat, perencanaan yang matang, pertimbangan atas berbagai faktor/variabel–di mana prinsip firman Tuhan digunakan sebagai dasar berpikir; (2) melalui peristiwa, baik peristiwa yang mendukung, maupun peristiwa yang menghambat rencana umat Tuhan–untuk mengarahkan ke jalur yang dikehendaki Tuhan; (3) melalui pernyataan supranatural: mimpi, penglihatan, rhema, dan pernyataan ajaib yang lain.
Sikap yang harus dimiliki untuk mengalami pimpinan Tuhan: (1) hati yang mencari kehendak Tuhan, memang meminta pimpinan Tuhan; (2) kesediaan untuk taat, siap melepas rencana sendiri; (3) punya waktu untuk berpikir dan merenungkan, tidak asal bertindak tanpa dasar; (4) terbuka kepada berbagai cara Tuhan memimpin, tidak membatasi atau “mengharuskan” Tuhan untuk menggunakan cara tertentu.
Views: 7