Cara Manusia dan Rencana Tuhan

Kejadian 16:1-17:27

Sarah berinisiatif memberikan Hagar kepada Abram, dengan tujuan agar ia
memperoleh anak melalui Hagar–karena Hagar adalah hambanya. Cara berpikir Sarah sangat logis dan manusiawi, dan itu sejalan dengan adat yang berlaku pada zamannya. Namun cara itu–sekalipun membuahkan hasil– bukanlah rencana Tuhan.

Tuhan adalah Pengasih dan Penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya. Di tengah konflik yang muncul karena pilihan dan tindakan keluarga Abram, Tuhan hadir untuk berbelas kasihan. Menyatakan diri, membimbing, dan memberkan janji berkat kepada Hagar dan keturunannya.

Tuhan kembali menampakkan diri kepada Abram, dan memberikan peneguhan yang lebih kuat lagi atas perjanjianNya dengan Abram:
(1) Mengubah nama Abram dan Sarai menjadi Abraham dan Sarah–representasi janji Tuhan tentang meghasilkan keturunan bangsa-bangsa besar.
(2) Memerintahkan sunat sebagai tanda ikatan perjanjian antara Tuhan dengan Abraham dan keturunannya. Siapa tidak disunat berarti mengingkari perjanjian Tuhan.
(3) Memberikan kepastian bahwa 1 tahun kemudian Sarah akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan Abraham akan menamainya Ishak. Tuhan menyebut waktu lahir, jumlah, jenis kelamin, dan nama anak yang akan diberikanNya.

Tuhan tetap memberkati Ismael–sekalipun adalah hasil rekayasa pemikiran dan usaha manusiawi Abraham. Tuhan tidak menolaknya, tetapi tetap memberkatinya, karena ia adalah bagian dari hidup Abraham dan kerena Abraham memintanya. Tetapi, Tuhan tetap dengan rencananya: keturunan Abraham melalui Sarah yang diikat perjanjian dengan Tuhan.

Tuhan bukan Pribadi yang bengis. Ia adalah Allah yang kasih dan penuh belas kasihan. Ketika umatnya–dalam perjalanan iman–mengalami kegagalan atau kegoyahan sehingga bertindak sendiri, Tuhan masih memberkatinya. Terpujilah Tuhan!

“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. (Mazmur 103:8-14)

Views: 7

This entry was posted in Kejadian, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *