16 Tahun Gaji

May I ask you a very personal question? Berapa penghasilan Anda selama setahun? Sebagai seorang abdi negara Republik Indonesia golongan III/a, gaji saya sudah menjadi rahasia umum: sekitar 1,5 juta perbulan. Kalau saya kalikan 12, maka penghasilan saya mencapai 18 juta per tahun. Ternyata, diam-diam saya ini seorang jutawan, he…he…he…!

Oke, Anda pasti sudah bisa menghitung berapa penghasilan yang Anda peroleh selama setahun. Let me ask you another personal question. Seandainya suatu hari ada orang yang memberi uang kepada Anda sejumlah 16 tahun gaji, apa yang akan Anda lakukan dengan uang itu? Kalau memakai gaji saya sebagai contoh, maka itu berarti uang sebesar 288 juta!

Mari kita berkhayal sebentar. What will you do with that kind of money? Kalau Anda bingung atau terlalu malas untuk berpikir tentang penggunaan uang itu, pasti inilah yang akan teman-teman lakukan: memasukkannya ke dalam deposito, supaya uang itu bisa berkembang.

Apapun yang Anda khayalkan, saya yakin, tidak ada satupun di antara kita yang akan membungkus uang itu dan menyimpannya di bawah bantal atau memendamnya di dalam tanah.

***

Matius 25:14-30 menceritakan perumpamaan tentang talenta. Seorang tuan memberikan modal kepada ketiga hambanya: ada yang diberi 5 talenta, 2 talenta, dan 1 talenta. Ah, kita sudah hafal jalan ceritanya. Kalau belum tahu, silakan ambil Alkitab dan baca sendiri ayatnya.

Selama ini, setiap kali membaca perumpamaan ini, di dalam hati kecil saya sebenarnya ada rasa kasihan kepada hamba yang diberi 1 talenta. Selama ini, saya berpikir bahwa persoalan yang dihadapi oleh hamba ini adalah persoalan rendah diri atau minder. Karena ia sadar bahwa hanya punya 1 talenta, maka ia merasa bahwa itu tidak cukup untuk bisa dipakai sebagai modal usaha.

Dan saya bisa memahami perasaan hamba itu. Saya sering mendengar orang berkata: “Wah, modal cuma segitu, mau sampai ke mana penggunaannya?” Saya bertemu dengan banyak orang yang sadar bahwa dirinya tidak punya banyak kelebihan, maka ia merasa minder dan itu membuatnya tidak berani untuk melakukan apa-apa.

Oh, saya bisa memahami dan bersimpati dengan perasaan itu; sebab saya pun seringkali mengalaminya. Tidak punya self-confidence, karena merasa kurang punya kemampuan dibandingkan orang lain.

***

Namun, hari ini pandangan saya berubah sama sekali! Sekarang, saya tidak lagi merasa kasihan atau bersimpati kepada hamba yang diberi 1 talenta itu! Sekarang saya jadi memahami, mengapa sang tuan sangat marah kepadanya. Why? I’ll tell you why.

Pagi ini, saya membaca bahwa talenta adalah satuan mata uang yang dipakai pada jaman Tuhan Yesus: 1 talenta sama dengan 60 mina, dan 1 mina sama dengan 100 dinar. Jadi, 1 talenta itu ekwivalen dengan 6000 dinar. Padahal, 1 dinar adalah upah 1 hari kerja seorang buruh. Kesimpulannya, menerima 1 talenta sebenarnya menerima uang sebesar gaji untuk 6000 hari kerja. Dan karena 1 tahun itu ada 365 hari, maka 1 talenta itu sama dengan 16 tahun gaji!

Sekarang saya bisa mengerti mengapa sang tuan sangat marah. Karena memang hamba ini keterlaluan sekali! Sudah diberi modal sebesar 16 tahun gaji, tetapi malah dipendam di dalam tanah!

Persoalan hamba itu bukanlah persoalan kompleks rendah diri, melainkan kemalasan! He was just too lazy to do anything for his master. Begitu malasnya dia, sampai-sampai dia tidak mau untuk memasukkan modal itu ke dalam bank supaya berkembang!

Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang (bankers-NIV), supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya (Matius 25:26-27).

***

Saya tahu sekarang, bahwa selama ini saya salah. Mata saya begitu buta terhadap apa yang sudah Tuhan berikan kepada saya. Saya tidak sadar, bahwa yang 1 talenta itu pun sebenarnya besar sekali nilainya.

Sekarang, setelah saya tahu bahwa sebenarnya banyak sekali yang telah diberikan Tuhan kepada saya; apa yang akan saya lakukan? Apakah saya masih tega untuk memendamnya di dalam tanah?

Kalau iya, maka memang saya ini malas luar biasa. Tidak hanya malas, namun hati saya ini jahat dan sama sekali tidak tahu berterima kasih; karena saya benar-benar tidak mau untuk melakukan apapun juga bagi Tuhan; padahal Ia sudah memberi begitu banyak hal kepada saya.

Views: 8

This entry was posted in Homili. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *