1 Tesalonika 4:9-12
Pada bagian sebelumnya, Paulus mengajar tentang kekudusn hidup, dengan penekanan pada relasi antara Tuhan dengan orang percaya atau jemaat. Pada bagian ini, Paulus memberikan pengajaran bagaimana orang percaya atau jemaat dapat hidup terhormat dan menjadi berkat di tengah dan bagi lingkungan yang belum mengenal Tuhan, dengan menerapkan kasih dan kerajinan bekerja.
Pengajaran kedua tentang kasih persaudaraan. Paulus menguatkan jemaat dengan apresiasi bahwa mereka telah terbukti menerapkan kasih kepada orang lain, bahkan tidak hanya kepada orang di sekitar mereka, melainkan sampai ke seluruh wilayah Makedonia. Paulus menasihati agar jemaat lebih sungguh-sungguh lagi melakukannya (ayat 9-10).
Jemaat sudah melakukan tindakan kasih, bahkan juga kepada saudara-saudara seiman di lingkup yang lebih luas. Lalu apa yang masih kurang sungguh-sungguh? Kata yang digunakan dalam nasihat Paulus adalah: perisseuo (melimpah, melebihi ukuran) dan mallon (lebih, semakin banyak). Bukannya jemaat belum sungguh-sungguh, tetapi Paulus mendorong agar jemaat terus bertumbuh di dalam kasih. Salah satu parafrase yang mewakili: “You’re already good at it … Keep it up; get better and better at it.” (ayat 10 – MSG).
Terkait dengan penerapan kasih itu, Paulus melihat ada beberapa anggota jemaat yang kebablasan ikut campur dalam urusan orang lain–bisa jadi karen niat untuk mengasihi. Tetapi, Paulus menasihati agar jemaat menahan diri, untuk hidup tenang, dan mengurus persoalan-persoalan mereka sendiri dan tekun bekerja dengan tangan mereka untuk mencari nafkah (ayat 11).
Paulus mengatakan bahwa kehidupan seperti itu, yaitu tidak suka turut campur tetapi bekerja keras dan tekun, adalah hidup yang terhormat, karena jemaat akan dihormati atau direspeki (dihargai, tidak dilecehkan) oleh lingkungannya yang belum mengenal Kristus, dan jemaat tidak menjadi beban atau tergantung kepada orang lain (ayat 12).
Petunjuk yang sangat praktis untuk menjadi berkat dan tidak menjadi batu sandungan di tengah lingkungan yang belum mengenal Kristus: (1) tulus untuk mengasihi orang lain dengan tindakan nyata; (2) hidup tenang dengan tidak kepo dan ikut campur–tanpa diminta–urusan atau masalah orang lain; dan (3) tekun bekerja mencari nafkah, sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
Penerapan:
(1) Saya mengakui bahwa kadang saya kepo untuk tahu urusan orang lain, dan bahkan ikut campur urusan orang lain tanpa diminta. Dan mungkin–tanpa saya sadari–itu telah menjadi batu sandungan bagi orang lain.
(2) Belajar untuk hidup tenang, tidak bergosip, tidak mencari tahu dan ikut campur urusan orang lain yang tidak ada kaitannya langsung dengan saya.
Views: 14