Kasih sebagai Penciri Orang Percaya

1 Yohanes 3:11-15

Kasih kepada orang lain adalah salah satu tanda seseorang telah menerima hidup kekal. Kasih merupakan karakter Allah, sehingga seorang yang berasal dari Allah atau anak-anak Allah pasti memiliki kasih di dalam dirinya. Bahkan sejak sebelum ada hukum Tuhan secara formal diberikan, prinsip mengasihi orang lain itu telah berlaku. Orang benar, orang di dalam Tuhan, akan mengasihi orang lain.

Yohanes melanjutkan suratnya dengan menjelaskan tentang karakteristik atau ciri seorang percaya, yaitu: ia mengasihi orang lain. Yohanes tidak mengajarkan bahwa mengasihi orang lain merupakan jalan keselamatan, melainkan karena seorang sudah diselamatkan maka ia bisa mengasihi orang lain dengan kasih Illahi (agape).

Yohanes menyatakan bahwa perintah untuk saling mengasihi itu sudah diketahui sejak semula (ayat 11)–dalam Perjanjian Lama, esensi dari semua hukum Tuhan adalah: “mengasihi orang lain seperti diri sendiri” (Ima. 19:18). Itu yang dikutip oleh Tuhan Yesus ketika ditanya apa esensi dari hukum Taurat dan seluruh kitab para nabi (Mat. 22:39-40). Sekalipun hukum Taurat belum diturunkan kepada Musa, kasih merupakan indikator seseorang di dalam Tuhan–karena itu, Kain adalah representasi orang di luar Tuhan, sebab ia tidak mengasihi melainkan membenci dan membunuh adiknya (ayat 12).

Yohanes menegaskan bahwa itu menjadi perbedaan antara yang illahi dan yang duniawi. Allah itu kasih, dunia itu pembenci. Kain, karena berasal dari Si Jahat, membenci dan membunuh adiknya–yang berasal dari Allah. Itulah sebabnya dunia ini akan selalu membenci anak-anak Allah. Itu menjadi indikator seseorang adalah anak-anak Allah, yaitu ketika dunia membenci mereka (ayat 13)

Yohanes mengajarkan bahwa seseoang bisa tahu bahwa dia telah memiliki hidup kekal–pindah dari maut ke dalam hidup–dari sifat atau karakter kasih kepada orang lain. Ini kasih yang berbeda dengan kasih natural manusia, ini adalah kasih yang berasal dari Allah–agape. Yohanes mengkrontraskan kasih dengan benci–yang sama dengan pembunuhan. Seorang yang membenci orang lain, yang berarti juga membunuh orang lain, dapat diduga ia tidak memiliki hidup yang kekal (ayat 14-15).

Penerapan:
Bersyukur kepada Tuhan karena telah menyelamatkan saya, sehingga saya diberi hati yang bisa mengasihi orang lain dengan kasih Illahi.

Views: 3

This entry was posted in 1 Yohanes, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.