Penerapan Ketekunan Iman dalam Jemaat

Yakobus 5:12-16

Menerapkan ketekunan dalam penderitaan dalam konteks jemaat/gereja terwujud di dalam relasi antar orang percaya. Integritas di dalam perkataan dan percakapan, sikap sensitif kepada situasi dan kondisi orang lain, serta bagai bersikap mendukung orang lain yang sedang mengalami penderitaan. Yakobus mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran Tuhan dalam bagian ini.

Ayat 12. Tuhan mengehendaki agar orang percaya memiliki integritas di dalam perkataan–yaitu mengatakan sesuai dengan fakta dan sesuai dengan isi hatinya. Yakobus agaknya mengingat pengajaran Tuhan Yesus tentang sumpah dan tentang perkataan berintegritas (Mat. 5:33-37). Mengapa orang bersumpah–untuk memperkuat ucapannya, menambah bobot atas perkataannya, bahwa orang bisa mempercayainya. Tidka perlu bersumpah, cukuplah dengan berkata apa adanya dan dengan menepati setiap perkataan dan janjimu!

Ayat 13. Orang percaya harus sensitif kepada situasi dan kondisi orang lain atau lingkungan. Kepekaan kepada lingkungan menghasilkan sikap yang tepat dan memberkati. Ketika ada yang menderita atau dalma kesusahan, maka didukung dengan doa dalam keprihatinan. Sebaliknya, ketika ada yang bersukacita, maka didukung dengan kegembiraan dan nyanyian. Paulus mengkonfirmasi ini sebagai bentuk praktis mengasihi dan melayani orang lain (Rom. 12:15).

Ayat 14-16. Secara khusus Yakobus mengajar tentang penderitaan dalam bentuk sakit. Sakit bisa karena akibat dosa, bisa juga karena masalah yang lain. Tetapi respons yang harus diambil sama: jemaat datang untuk mendoakan. Apakah disertai pengakuan dosa atau tidak, intinya adalah: mendoakan orang sakit dengan sungguh-sungguh, maka orang itu akan disembuhkan. Syaratnya: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (ayat 16). Selama ini, doa untuk orang sakit di gereja apakah sungguh-sungguh? Atau formalitas–mengapa tidak banyak yang mengalami kesembuhan?

Penerapan:
(1) Mengakui dosa karena perkataan saya tidak berintegritas–saya tidak menepati perkataan saya, sehingga perkataan saya tidak bisa dipegang atau dipercaya.
(2) Belajar untuk menepati janji atau perkataan yang saya ucapkan.

Views: 93

This entry was posted in Perjanjian Baru, Saat Teduh, Yakobus. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *