Yakobus 1:13-18
Ketika seorang menjadi anak Allah, saat itulah peperangan baru dimulai. Ketika ia masih dalam dosa, tidak ada pergumulan, sebab ia adalah hamba dosa, ada di bawah kuasa dosa. Sehingga seudah sewajarnya ia berbuat dosa. Tetapi, ketika ia menjadi percaya, rohnya dihidupkan, maka pergmulan melawan dosa itu mulai berlangsung–sebab di dalam hidupnya masih ada kedagingan yang setiap saat bisa muncul dan mendorongnya untuk berbuat dosa. Perjuangan melawan pencobaan adalah perjunagan seumur hidup–tidak akan pernah selesai.
Allah bukan sumber pencobaan (godaan) untuk berbuat dosa. Sebab, Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun (ayat 13)–mencobai dalam arti menggoda atau membujuk orang untuk berbuat jahat atau melakukan dosa. Ketika orang menyalahkan temperamennya atau latar belakangnya atau situasi lingungannya yang menyebabkan jatuh dalam dosa–ia sedang menuduh Allah sebagai sumber kejatuhannya. Dan itu cara berpikir yang salah.
Yakobus menyatakan bahwa: tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya (hawa nafsunya) sendiri, karena ia diseret dan dipikat oleh keinginan itu (ayat 14). Jadi sumber pencobaan itu adalah: hawa nafsu kedagingan yang dimiliki oleh seseorang. “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat … ” (Mar. 7:21-23). Orang sudah lebih dahulu memiliki keinginan jahat di dalam hatinya. Ketika keinginan itu diikuti–dalam hal ini Iblis bekerja mengobarkan/menggoda–maka lahirlah dosa (ayat 15).
Yakobus kemudian memperingatkan umat Tuhan agar tidak sesat. Agar tidak menyalahkan Allah atau menuduh Allah sebagai sumber kejatuhannya ke dalam dosa. Allah itu tidak mungkin mencobai (menjerumuskan dalam dosa) karena Allah adalah sumber setiap pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna–bukan kejahatan atau dosa. Allah adalah Bapa segala terang–antitesis dari kegelapan atau dosa–dan Allah yang “Mahaterang” dan “Mahabaik” itu tidak pernah berubah (ayat 16-17).
Dalam kaitan dengan kekudusan hidup dan kemenangan atas dosa, Allah sendiri menghendaki untuk menjadikan umat-Nya oleh firman kebenaran, supaya umat-Nya pada itngkat tertentu menjadi anak sulung–yang lebih utama, yang lebih tinggi, yang lebih mulia–di antara semua ciptaan-Nya (ayat 18). Allah tidak pernah menghendaki kejatuhan orang ke dalam dosa, Ia justru ingin agar manusia hidup dalam kebenaran–sehingga mustahil Allah itu menjadi sumber pencobaan.
Penerapan:
(1) Mengingat prinsip ini: saya jatuh di dalam dosa karena menuruti keinginan atau kedagingan saya sendiri. Tuhan tidak pernah menginginkan saya jatuh dalam dosa, Ia akan menolong saya menang atas pencobaan dan dosa.
(2) Tekun berjuang melawan pencobaan yang muncul dari keinginan di dalam hati saya sendiri–berdoa meminta kekuatan dan kemenangan dari Tuhan ketika mulai ada dorongan keinginan yang bisa berujung kepada kejatuhan.
Views: 4