Ezra 9:1-15
Umat TUHAN kembali menjalani hidup yang dipulihkan, mereka pulang dari tanah pembuangan dan perbudakan Babel, Bait Allah sudah berdiri untuk beribadah, dan tembok kota Yerusalem dan Yehuda sudah dibangun kembali (ayat 9). Secara lahiriah, kehidupan umat TUHAN menunjukkan anugerah Allah yang besar dilimpahkan kepada mereka. Tetapi, pemulihan secara lahiriah tidak selalu seiring dengan pemulihan batin atau kerohanian mereka. Pemulihan dan kelepasan total dari perbudakan daging dan dosa itu tetap menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan–tak pernah selesai (berakhir).
Para pemuka datang mendekati Ezra dan melaporkan bahwa telah terjadi pelanggaran hukum TUHAN oleh orang awam, para imam, dan orang Lewi, termasuk para pemuka/pemimpin bangsa itu–ada dosa yang dilakukan oleh semua lapisan umat TUHAN. Bahkan dosa itu justru diawali oleh para pemuka dan penguasa umat (ayat 1-2). Ketika para pemimpin atau penguasa sebuah komunitas berbuat dosa, maka dosa itu akan merembet dan diikuti oleh rakyatnya. Seorang pemimpin memiliki beban tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga kekudusan hidupnya, dan untuk memperhatikan baik-baik cara hidupnya.
Dosa yang mereka lakukan adalah: tidak memisahkan diri dari penduduk negeri dengan segala kekejiannya (ayat 1). Mereka mengambil perempuan-perempuan penduduk negeri untuk menjadi istri bagi mereka sendiri dan bagi anak-anak mereka, sehingga terjadi percampuran benih kudus dengan penduduk negeri (ayat 2). Ini bukan masalah pernikahan antar etnis–sebab dalam sejarah umat TUHAN, ada perempuan asing yang dinikahi oleh orang Israel, dan pernikahan mereka mendatangkan berkat (contoh: Rahab dari Yeriko dan Ruth dari Moab pada zaman Yosua dan Hakim-hakim). Masalahnya adalah: perempuan asing itu tidak bertobat, tetapi tetap hidup dalam segala kekejiannya, sehingga akan menyeret suaminya untuk meninggalkan TUHAN dan hidup di luar Hukum TUHAN.
Mendengar laporan itu Ezra langsung berkabung secara demonstratif di hadapan semua umat. Ia tidak menutupi kedukaannya, ia menunjukkan kesedihan dan perkabungannya di hadapan TUHAN dan di hadapan semua orang: mengoyakkan jubah, mencabut jenggot dan rambut kepala, duduk tertegun (diam saja, dheleg-dheleg) seharian, tidak mau bicara kepada orang yang mendatanginya (ayat 3-4). Ezra sangat sedih dan tertekan karena dosa yang dilakukan oleh umat TUHAN! Itu hati yang kudus, yang berduka melihat atau mendengar ada dosa–bukannya malah membuatnya menjadi gosip atau olok-olok atau bahan tertawaan untuk merendahkan/mencela/menghakimi orang.
Ketika tiba waktunya mempersembahkan korban petang, Ezra berlutut di hadapan TUHAN dan menaikkan doa pengakuan dan penyesalan dosa (ayat 5-15): (1) menyatakan rasa malu karena umat TUHAN telah melakukan dosa besar, dosa yang membuat mereka dijarah dan dibuang ke negeri asing–ayat 6-7; (2) berduka karena membalas anugerah TUHAN yang sudah menyertai selama ini dan sudah mengampuni/memulihkan mereka dari dosa di masa lalu–ayat 8-9; (3) mengakui dan menyesali dosa dengan jelas dengan kesadaran perintah TUHAN apa yang telah dilanggar–ayat 10-14; (4) memohon belas kasihan TUHAN agar diampuni dan diluputkan dari murka-Nya–ayat 15.
Model doa pengakuan dosa yang dilakukan oleh Ezra: pengakuan yang dilandasi kesedihan dan kesadaran penuh akan dosa yang sudah dilakukan; kesadaran bahwa dosa itu merupakan pengkhianatan kepada Tuhan dan wujud dari sikap tidak menghargai anugerah Tuhan; menyebutkan dengan jelas dosa apa yang dilakukan dan ketetapan Tuhan mana yang dilanggar dengan dosa itu; dan kesadaran bahwa layak untuk dihukum tetapi memohon belas kasihan Tuhan, agar Tuhan tetap menganugerahkan pengampunan dan pemulihan.
Penerapan:
(1) mengakui dosa saya, sebab ketika tahu atau mendengar tentang dosa orang lain, saya bukannya berduka tetapi bergosip, mencela/menghakimi, dan menjadikannya sebagai bahan tertawaan/olok-olok–ini kesombongan karena merasa lebih baik dari orang lain, ini wujud hati yang tidak kudus sebagaimana Tuhan.
(2) menjaga hidup saya–sebagai pemimpin–agar kudus dan tidak melanggar firman Tuhan, sebab dosa dan pelanggaran saya bisa menyeret orang lain untuk berbuat dosa yang sama.
Views: 26