Ezra 8:21-36
Ezra telah menyatakan imannya kepada TUHAN di hadapan raja, yaitu keyakinan bahwa TUHAN akan memberi anugerah dan menyertai dan melindungi mereka yang mencari Dia. Ezra merasa malu untuk meminta pengawalan dari raja, sebab dengan demikian ia mengingkari imannya sendiri–tidak yakin bahwa TUHAN saja sudah cukup, dan tidak perlu sumber perlindungan yang lain (ayat 22).
Tapi faktanya, perjalanan ke Yerusalem dgn sekian besar rombongan non-combatan (termasuk anak-anak) membawa harta dan barang-barang berharga, adalah perjalanan yang berrisiko tinggi. Ada risiko bencana kecelakaan dan serangan perampok di tengah jalan. Perlindungan adalah kebutuhan yang mutlak diperlukan agar perjalanan itu selamat (ayat 31).
Karena tidak bisa meminta perlindungan raja, maka Ezra mengajak seluruh rombongannya untuk berpuasa, merendahkan diri di hadapan TUHAN untuk memohon keselamatan dalam perjalanan itu–keselamatan bagi orang dewasa, anak-anak, dan seluruh harta milik mereka. Maka, seluruh rombongan itu berpuasa dan berseru-seru kepada TUHAN (ayat 21-23). TUHAN menjawab doa mereka! Perjalanan rombongan itu–yang memakan waktu sekitar 4 bulan–lancar hingga sampai di Yerusalem. Sebab tangan TUHAN menaungi mereka, menghindarkan dan melindungi mereka dari serangan musuh atau perampok di sepanjang perjalanan (ayat 31).
Iman memerlukan keberanian. Iman adalah kebergantungan kepada Tuhan; iman adalah mengandalkan Tuhan dan cara Tuhan saja. Langkah iman berarti hanya mengandalkan Tuhan dan tidak meminta pertolongan manusia. Tuhan menghargai orang yang berani mengambil langkah iman untuk percaya penuh kepada-Nya.
Ezra menunjuk 12 imam dan menyerahkan semua persembahan sukarela dari raja, para pejabat, dan semua umat TUHAN. Ia menimbang/menghitung semua persembahan itu di hadapan mereka dan mencatat dengan detil. Setelah menyerahkan persembahan itu kepada mereka, Ezra memerintahkan agar sesampai di Yerusalem, mereka kembali menimbang persembahan itu, untuk memastikan bahwa jumlahnya tidak berubah (ayat 24-30). Sesampainya di Yerusalem pada hari ke-4, semua persembahan itu dikeluarkan dari penyimpanan dan ditimbang kembali dan diserahkan kepada para imam di Bait Allah. Semua persembahan itu lengkap, tidak ada yang hilang sesuai dengan catatan yang dibuat saat berangkat dari Babel (ayat 32-34).
Ini prinsip transparansi dan integritas dan akuntabilitas dalam pengelolaan harta/keuangan untuk pekerjaan Tuhan: dihitung dan dicatat dengan detil di hadapan saksi dan bisa diperiksa/diverifikasi oleh orang lain. Pengelolaan keuangan pelayanan yang benar menjadi faktor penting agar pekerjaan itu berhasil dan diberkati.
Kemudian, rombongan yang baru datang dari Babel itu mempersembahkan korban di mezbah TUHAN di Yerusalem. Ada korban bakaran dan korban penebusan dosa (ayat 35). Perjalanan yang dimulai dengan ketaatan dan iman, diakhiri dengan penyembahan dan ucapan syukur. Diawali dengan puasa dan perendahan diri di hadapan TUHAN, ditutup dengan pujian dan penyembahan dan ucapan syukur kepada TUHAN.
Penerapan:
(1) Belajar beriman kepada Tuhan: tidak mengandalkan manusia, tetapi tekun berseru kepada Tuhan.
(2) Mengelola proyek dan harta untuk pekerjaan Tuhan dengan integritas dan akuntabel: transparan, tercatat rapi, bisa diperiksa siapapun.
Views: 35