Ezra 7:1-10
Bagian ini secara khusus mencatat tentang pekerjaan Ezra di Yerusalem pad masa pemerintahan Artahsasta (458 SM). Bait Allah sudah selesai dibangun pada zaman Darius, sekitar 60 tahun sebelumnya. Ezra pasal 1-6 merupakan latar belakang catatan tentang pelayanan Ezra, yaitu sejarah pembangunan kembali Bait Allah oleh umat TUHAN yang pulnag dari pembuangan. Pelayanan Ezra overlap dengan Nehemia yang membangun tembok Yerusalem.
Pada bagian ini silsilah Ezra ditulis dengan detil: Ezra adalah orang Lewi keturunan Harun, sehingga ia termasuk golongan imam (ayat 1-5). Penulisan silsilah ini memberi kredibilitas kepada Ezra untuk melakukan pelayanannya. Selain berasal dari keturunan Harun–ini bobotnya besar bagi umat TUHAN, dicatat juga kompetensi Ezra: ia seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa (ayat 6). Selain itu, Ezra mendapatkan penyertaan nyata dari TUHAN dalma bentuk dukungan penuh dari raja (ayat 6). Silsilah/otoritas, kompetensi/keahlian, panggilan/penyertaan Tuhan, dan dukungan institusi. Ini modal pelayanan yang kredibel.
Menyertai Ezra, ada rombongan orang Israel, para imam, orang Lewi, penyanyti, penunggu pintu gerbang, dan budak di Bait Allah. Rombongan yang berisi orang-orang yang ditugasi untuk melayani di Bait Allah. Mereka tiba di Yerusalem pada bulan ke-5 tahun ke-7 pemerintahan Artahsasta. Perjalanan mereka memakan waktu 5 bulan dari Babel. Perjalanan yang cukup panjang, tetapi berjalan dengan lancar, sebab “tangan murah Allahnya itu melindungi dia” (ayat 7-9). Sekalipun didudukung oleh raja, namun faktor penentu keberhasilan/kelancaran adalah kemurahan TUHAN.
Komitmen pribadi Ezra adalah: “meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel” (ayat 10). Misi ini sesuai dengan otoritas (keturunan Harun) dan kompetensinya (ahli kitab, mahir dalam taurat Musa). Kompetensi dan komitmen Ezra ini agaknya sangat nampak, dan diakui oleh orang lain–tidak hanya klaim pribadi; sehingga raja Persia sendiri menyebut Ezra sebagai “imam dan ahli Taurat Allah semesta langit” (ayat 12, 21). Pada akhirnya: komitmen dan kesungguhan seseorang yang menentukan “reputasinya”; otoritas/silsilah dan kompetensi menjadi faktor pendukung.
Penerapan:
Bersyukur untuk pengajaran Tuhan: saya harus punya tekad/komitmen untuk mengerjakan panggilan Tuhan–sungguh-sungguh menyelidiki, melakukan/menerapkan, dan mengajarkan kepada orang di lingkungan saya. Sikap committed ini yang dikehendaki oleh Tuhan: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol. 3:23)
Views: 5