Kesempatan Kedua Membangun Rumah TUHAN

Hagai 1-2

Pekerjaan pembangunan Rumah TUHAN di Yerusalem oleh umat-Nya yang pulang dari pembuangan sudah sampai pada peletakan fondasinya (Ezr. 3:10), namun kemudian pekerjaan itu terhenti sampai 15 tahun lamanya, dipicu oleh laporan musuh-musuh umat Tuhan yang memprovokasi pemerintah Persia, sehingga turun perintah raja untuk menghentikan pekerjaan itu (Ezr. 4:23-24). Karena tidak bisa melanjutkan pekerjaan itu, maka umat TUHAN kembali kepada hidupnya masing-masing–dan seiring berjalannya waktu, visi dan passion untuk membangun kembali Bait Allah menjadi pudar.

Hagai diutus TUHAN untuk membangkitkan umat TUHAN agar meneruskan pekerjaan yang dulu telah dimulai. Teguran TUHAN melalui nabi Hagai: Kamu sibuk membangun rumahmu sendiri yang bagus, tapi membiarkan Rumah TUHAN tetap menjadi reruntuhan (ayat 1:4). Kelalaian mereka itu yang menyebabkan TUHAN menegor dengan cara menginjinkan berkat-Nya terhambat, sehingga rejeki umat TUHAN tidak maksimal (ayat 1:9-11). TUHAN memerintahkan umat-Nya untuk memperhatikan keadaan mereka, dan kemudian mentaati TUHAN untuk membangun Rumah-Nya; maka TUHAN beranji akan berkenan kepada mereka dan menyatakan kemuliaan-Nya di Rumah TUHAN yang akan dibangun itu (ayat 1:7-8).

Umat TUHAN mendengarkan tegoran itu, dan mau mentaatinya (ayat 1:14). Ketika mereka taat dan mulai bekerja lagi, TUHAN membuka jalan dengan mengubah pikiran pemerintah Persia, sehingga diberikanlah ijin dari raja Darius untuk melanjutkan pembangunan–bahkan raja mendukung penuh pembangunan itu dengan memberikan uang dari kas negara dan bahan kebutuhan (lembu, domba, anak domba, gandum, garam, anggur dan minyak) untuk korban ibadah di Rumah TUHAN (Ezr. 5:1-2, 6:6-13). Taati perintah Tuhan untuk membangun kembali Rumah-Nya, maka Tuhan akan menyediakan semua keperluanmu: uang, material, dan dukungan intitusi.

Dalam proses pembangunan kembali, TUHAN menyatakan firman-Nya melalui Hagai: agar umat TUHAN mengerjakan pembangunan itu dengan kekudusan, sebab sekalipun mereka membangun Bait Suci dan melakukan ibadah yang sifatnya suci di sana, apabila mereka melakukannya dengan hidup yang najis/cemar, maka semua pekerjaan dan ibadah itu akan tercemar juga (ayat 2:12-15)! Orang bisa mengerjakan panggilan Tuhan atau pelayanan Tuhan dengan hidup yang najis, dan itu menyebabkan semua pekerjaan yang dilakukannya menjadi najis. Karena itu, jagalah hidupmu agar kudus, supaya tidak mencemari pekerjaan Tuhan yang diperintahkan kepadamu.

Janji TUHAN kepada umat-Nya: sekalipun Bait Allah yang mereka bangun saat ini tidak ada artinya atau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Bait Allah yang dibangun Salomo, tetapi TUHAN akan memberikan kemuliaan (kemegahan) yang lebih besar ketimbang kemuliaan Bait Allah Salomo (ayat 2:4, 10). Kemuliaan sebuah pelayanan/pekerjaan tidak diukur dari kebesaran fisik, banyak orang, dan jumlah finansial yang digunakan atau didatangkan–sebab segala perak dan emas itu kepunyaan Tuhan (ayat 2:9), tetapi kemuliaan pelayanan ditentukan oleh apakah pengerjaanya dilakukan dengan berdasar panggilan/janji Tuhan, dikerjakan cara yang benar sesuai firman Tuhan, dan dilakukan oleh orang yang hidupnya kudus/tidak najis.

Penerapan:
Bagi saya, ini adalah rhema dari Tuhan, yang mengatakan bahwa saya masih diijinkan untuk bekerja melayani Tuhan. Pelayanan yang akan saya lakukan itu akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan pelayanan yang dulu pernah saya kerjakan; tetapi pelayanan yang kedua ini nanti akan lebih mulia (berbobot/bernilai) di hadapan Tuhan, sebab dilakukan berdasar panggilannya, dilakukan sesuai firmanNya, dan dilakukan setelah hidup saya ditahirkan dari kenajisan saya.

Views: 3

This entry was posted in Hagai, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *