Kekudusan dan Keadilan TUHAN

Ester 7:6-10

TUHAN itu Mahakudus dan Adil. Ia tidak bisa membiarkan dosa merajalela, ia tidak akan membiarkan orang fasik tanpa pembalasan. Sifat TUHAN yang Mahakudus dan Mahaadil “mengharuskan” Dia untuk menghukum orang berdosa! Ia bisa memakai berbagai macam cara–salah satunya adalah menggunakan penguasa atau pemerintah untuk menghukum dan membalas orang yang berbuat jahat. Hanya orang yang di dalam Kristus–yang telah menanggung murka Allah atas segala dosa–dapat terhindar dari pembalasan Tuhan atas dosa-dosanya.

Raja yang sudah dipengaruhi oleh anggur, emosinya naik ketika mendengar bahwa ada orang yang berrencana untuk membunuh ratu kesayangannya dan bangsanya. Ester tidak menyebut kata “bangsa Yahudi” dalam laporannya, dan menyebut dirinya di depan bangsanya. Maka, ketika Ester menyebut nama Haman sebagai orang jahat dan musuhnya, raja menjadi sangat panas hatinya, sehingga keluar ke taman istana (ayat 6-7).

Haman sangat shock mengetahui bahwa Ester adalah orang Yahudi, dan posisinya benar-benar terjepit, tidak bisa menjelaskan atau membela diri, sebab semua yang dikatakan Ester itu benar adanya. Melihat bahwa raja sangat marah dan menunjukkan sikap akan mendatangkan celaka kepadanya, Haman berlutut di dipan yang ditempati Ester untuk memohon agar nyawanya diselamatkan (ayat 7)–ironis sekali, orang yang berniat menghabisi nyawa satu bangsa, sekarang memohon nyawanya diselamatkan dari salah satu orang yang akan dibunuhnya!

Raja yang marah ditambah pengaruh anggur, masuk kembali ke istana dan melihat Haman bersujud di dipan Ester. Komentar yang keluar dari mulutnya: menyangka Haman hendak menggagahi sang ratu. Tentu saja mustahil Haman hendak menyerang Ester–di dalam perjauman ada banyak orang yang melayani, dan Alkitab mencatat bahwa ia bersujud untuk mohon diselamatkan. Tapi, kemarahan dan pengaruh anggur, menyebabkan raja spontan berkata seperti itu (ayat 8).

Begitu raja berkata demikian, maka para pengawal yang ada di sana menangkap Haman dan menyelubungi kepalanya (ayat 8). Salah seorang sida-sida raja yang hadir memberitahu raja bahwa Haman sudah mendirikan tiang setinggi 50 hasta untuk menggantung Mordekhai, orang yang telah menyelamatkan raja. Laporan ini semakin membuat raja marah, dan memerintahkan agar Haman digantung di tiang yang didirikannya sendiri (ayat 9).

Maka, Haman digantung pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai. Dan setelah itu, barulah kemarahan raja menjadi surut (ayat 10). Apakah memang hanya tu cara menyurutkan kemarahan: ketika orang yang bersalah telah dihukum setimpal dengan kejahatannya? J.I. Packer pernah menulis: “God’s wrath in the Bible is never the capricious, self-indulgent, irritable, morally ignoble thing that human anger so often is. It is, instead, a right and necessary reaction to objective moral evil.

Murka Tuhan itu adil! Murka Tuhan memang telah dipuaskan dalam Kristus–ketika Ia menimpakan semua murka-Nya kepada Anak-Nya di kayu salib. Sehingga orang percaya, yang ada di dalam Kristus, dapat memperoleh pengampunan sehingga terhindar dari murka Allah. Tetapi, mereka yang tidak pernah datang untuk bertobat, harus tetap menanggung murka Allah atas dosa-dosa mereka.

Penerapan:
(1) Memohon agar diberi hati yang memahami bahwa murka Tuhan kepada dosa dan orang berdosa bukanlah bentuk ketikdakadilan atau tidak mengasihi, melainkan justru keadilan dan kasih Tuhan dinyatakan di sana–kasih Tuhan kepada orang benar ditunjukkan dengan pencurahan murka-Nya kepada orang fasik.
(2) Mengakui bahwa Tuhan dapat memakai kelemahan manusia untuk menerjakan rencana-Nya. Ini bukan untuk mentolelir kelemahan, tetapi kesadaran bahwa Tuhan Mahakuasa, bisa memakai apapun untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya, termasuk untuk menghentikan dosa yang sedang berlangsung.

Views: 30

This entry was posted in Ester, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *